Monday, March 10, 2008

Chavez Bantu Akhiri Krisis Tiga Negara


Senin, 10 Maret 2008 | 00:44 WIB

Caracas, Minggu - Amerika Latin hari Sabtu (8/3) bisa bernapas lega setelah Kolombia dan Ekuador sepakat berdamai setelah sebelumnya terjadi ketegangan diplomasi di antara kedua negara bertetangga itu. Presiden Venezuela Hugo Chavez, yang sebelumnya ikut memanaskan ketegangan, kali ini bertindak sebagai penengah.

Chavez yang berhaluan kiri sebelumnya memanaskan situasi dengan mengirimkan sekitar satu batalion tentara ke perbatasan Venezuela dan Kolombia. Namun, dalam pertemuan puncak (KTT) Kelompok Rio di Santo Domingo, Republik Dominika, Chavez tampil sebagai agen perdamaian. KTT ini memang didominasi topik ketegangan yang terjadi antara Kolombia dengan Ekuador dan Venezuela.

”Kita tidak bisa terus meniupkan angin peperangan,” kata Chavez pada KTT Kelompok Rio. Ia menegaskan hal itu setelah Presiden Ekuador Rafael Correa dan Presiden Kolombia Alvaro Uribe saling tuduh.

Ketegangan di antara ketiga negara berawal 1 Maret lalu, saat Kolombia secara sepihak menyerang sebuah kamp pemberontak Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) di dalam wilayah Ekuador. Aksi ini membuat Quito dan Caracas mengirim pasukan ke perbatasan mereka dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Bogota.

Namun, dalam KTT yang berakhir Jumat, Presiden Uribe, Correa, dan Chavez saling berjabatan tangan. Uribe pada kesempatan itu menegaskan tidak akan mengulangi serangan militer ke wilayah Ekuador.

Rekonsiliasi itu disambut tepuk tangan dari para kepala negara Amerika Latin yang berkumpul. Padahal, selama sepekan ini mereka resah atas kemungkinan merebaknya aksi militer di antara ketiga negara itu.

Namun Correa, Sabtu, mengatakan, Ekuador belum siap untuk memulihkan hubungan diplomatik dengan Kolombia. Dia perlu berbicara dengan Chavez sebelum memulihkan hubungan. ”Sangat sulit untuk memulihkan kepercayaan dengan Uribe,” ujar Correa dalam acara radio mingguannya.

Krisis itu sempat diwarnai perang kata-kata di antara pemimpin ketiga negara itu. Uribe menuduh Correa dan Chavez memberikan dukungan kepada FARC. Saling serang Correa dan Uribe berlanjut hingga KTT Kelompok Rio, sampai Chavez meminta perselisihan itu diakhiri.

Pada acara Hari Perempuan di Caracas, Sabtu, Chavez kembali mengimbau pemimpin FARC untuk melepaskan Ingrid Betancourt, warga Perancis-Kolombia yang disandera. Betancourt adalah mantan kandidat presiden Kolombia. Dia diculik enam tahun lalu. (AFP/AP/REUTERS/DI)

No comments: