Monday, March 3, 2008

Rusuh Besar di Armenia



Senin, 3 Maret 2008 | 02:16 WIB

Yerevan, Minggu - Pemerintah Armenia mengumumkan keadaan darurat, Sabtu (1/3) malam waktu setempat, setelah terjadi protes yang berakhir rusuh. Keadaan darurat akan berlangsung hingga 30 Maret mendatang. Kekacauan ini merupakan yang terburuk di Armenia dalam satu dekade terakhir.

Situasi di Yerevan mereda setelah keadaan darurat diberlakukan. Pemerintah melakukan beberapa pembatasan, termasuk larangan berkumpul, dan memerintahkan media untuk melaporkan masalah politik hanya berdasarkan pernyataan resmi.

Setelah pengumuman presiden itu, ratusan orang yang memprotes masih tetap berada di jalan-jalan. Selain membakar mobil, mereka juga menjarah toko dan kios-kios.

Minggu pagi, beberapa jalan dipenuhi dengan bangkai mobil yang terbakar serta tentara yang mengenakan pakaian anti peluru berjaga-jaga di jalan.

Para pemrotes itu merupakan pendukung kandidat presiden dari kubu oposisi, Levon Ter-Petrosian. Dia dilarang meninggalkan rumah dan merekam seruan agar para pendukungnya pulang ke rumah.

Masalah pemilu

Kerusuhan itu dipicu protes kelompok oposisi yang merasa dicurangi pada pemilu 19 Februari lalu. Polisi berkelahi dengan pendukung oposisi yang telah melakukan protes berhari-hari sejak Perdana Menteri Serzh Sarksyan terpilih menjadi presiden. Menurut jadwal, Sarksyan akan menduduki jabatan barunya sebagai presiden pada April mendatang. Hasil resmi pemilu menyatakan, 52,9 persen suara mendukung Sarksyan dan 21,5 persen mendukung Ter-Petrosian.

Presiden Robert Kocharyan mengatakan, dia memberlakukan batasan-batasan untuk mencegah ancaman terhadap tatanan konstitusi. Robert Kocharyan menjabat sebagai presiden dalam dua periode lima tahunan sehingga tidak diizinkan turut serta mencalonkan diri pada pemilu lalu. Kubu oposisi juga menuduh Kocharyan membuat pemerintahan kroni.

Dia menuduh demonstran menembakkan senjata dan granat serta merencanakan kudeta. Sedangkan, pihak oposisi mengatakan, polisi telah menyerang protes yang berlangsung dengan damai.

Organisasi pemantau pemilu Eropa (Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa/ OSCE) mengatakan, pemilu Armenia hampir mencapai standar internasional. Namun, oposisi tidak puas dengan pernyataan itu.

Tunda kunjungan

Mengingat situasi yang memanas di Yerevan, Menteri Luar Negeri Vatikan Tarcisio Bertone menunda kunjungan yang direncanakan dilakukan hari Minggu kemarin.

”Dengan mempertimbangkan situasi yang berkembang di Armenia dan keadaan darurat militer yang diumumkan pemerintah setempat, Kardinal Tarcisio Bertone tidak akan pergi ke Yerevan seperti yang direncanakan sebelumnya. Kunjungan itu mungkin akan dilakukan dalam beberapa hari ini,” demikian pengumuman dari Vatikan. (AP/joe)

 

No comments: