Wednesday, March 19, 2008

Perempuan Akan Pimpin Parlemen Pakistan

Partai Koalisi Belum Sepakat Ajukan Calon PM

AP PHOTO / Kompas Images
Fahmida Mirza
Rabu, 19 Maret 2008 | 00:12 WIB

Islamabad, Selasa - Partai Rakyat Pakistan yang pernah dipimpin Benazir Bhutto (almarhumah), Selasa (18/3), mencalonkan Fahmida Mirza (52) sebagai ketua parlemen di Pakistan. Jika pemilu parlemen (342 kursi parlemen) menetapkan Mirza sebagai pemenang, ia akan menjadi perempuan pertama yang memimpin parlemen.

Jika pemilu parlemen yang diselenggarakan hari Rabu sepakat memilih Mirza, maka untuk pertama kalinya dalam 60 tahun jabatan ketua parlemen di Pakistan akan berada di tangan perempuan.

Mirza adalah rekan dekat suami Bhutto, Asif Ali Zardari, yang juga pernah menjadi anggota parlemen. Perempuan yang dikenal sebagai pengusaha itu berasal dari Provinsi Sindh, sama dengan tanah kelahiran Bhutto.

”Dia merupakan calon yang paling baik dan anggota partai yang benar-benar setia. Selama ini pun ia berperan penting di partai ini,” kata juru bicara Partai Rakyat Pakistan (PPP), Farzana Raja.

Seandainya Mirza terpilih, kata Raja, semua perempuan di Pakistan akan termotivasi untuk maju, berkembang, dan meraih kesuksesan yang sama.

Dengan memilih Mirza, PPP ingin memberikan pesan kepada rakyat Pakistan dan komunitas internasional bahwa PPP benar-benar ingin memberdayakan perempuan.

Posisi sebagai ketua parlemen penting karena bertugas dan memiliki wewenang dalam pembuatan keputusan mengenai usulan atau rencana program pemerintahan. Parlemen baru tersebut juga akan menentukan nasib kepemimpinan Presiden Pervez Musharraf.

Belum ada PM

Selain mengajukan Mirza, PPP juga mencalonkan Faisal Karim Kundi untuk menduduki posisi wakil ketua parlemen.

Meski sudah mengajukan calon ketua dan wakil ketua parlemen, PPP masih belum juga sepakat menetapkan seorang calon perdana menteri (PM).

Sempat beredar kabar bahwa suami Bhutto, Zardari, akan dicalonkan sebagai PM. Zardari tidak mencalonkan diri dalam pemilu yang lalu karena berkas nominasi telah dikumpulkan sebelum Bhutto tewas terbunuh.

Ada pihak-pihak yang mencurigai pengajuan calon PM di PPP tertunda karena sebenarnya Zardari menginginkan posisi itu. Zardari tidak bisa menjabat karena bukan termasuk anggota parlemen.

Bukan hanya itu. Zardari juga tidak memiliki ijazah perguruan tinggi, salah satu syarat mutlak bagi setiap kandidat.

Selain Zardari, ada calon kedua yang termasuk pengikut setia dari Bhutto, yaitu Makhdoom Amin Fahim.

Meski sebelumnya sempat mengancam akan keluar partai jika tidak terpilih sebagai calon PM, Fahim akhirnya menyatakan dukungannya kepada Zardari.

Ambisi Fahim menjadi perdana menteri terpaksa buyar karena ia pernah bertemu Musharraf beberapa bulan terakhir ini. Hal ini yang pada akhirnya membuat partai Nawaz Sharif berang.

Sebagai pemenang pemilu dan menguasai mayoritas suara, PPP bisa menentukan calon pemimpin parlemen dan perdana menteri. Namun, untuk membentuk pemerintahan yang baru, PPP harus tetap berkoalisi dengan partai Sharif yang ada di posisi kedua pemenang pemilu. (AFP/LUK)

No comments: