Monday, March 17, 2008

China Lakukan Genosida


80 Orang Dipastikan Tewas dalam Kerusuhan

AP PHOTO/ASHWINI BHATIA / Kompas Images
Warga Tibet yang ada di pengasingan di Dharamsala, India, Minggu (16/3), melakukan protes atas tindakan aparat China saat aksi protes di Lhasa, Tibet.
Senin, 17 Maret 2008 | 00:34 WIB

Dharamsala, minggu - Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, Minggu (16/3), mengecam sikap keras China di Tibet dan menyebutnya sebagai ”genosida budaya”. Dalai Lama juga menyerukan agar dilakukan penyelidikan atas kerusuhan yang meminta korban jiwa pada Jumat pekan lalu di Tibet.

”Disengaja atau tidak, telah terjadi genosida budaya,” kata Dalai Lama saat berbicara di hadapan para wartawan di Dharamsala, India, pusat pemerintahan Tibet di pengasingan.

”Telah terjadi diskriminasi, yaitu rakyat Tibet diperlakukan sebagai warga negara kelas dua di tanah mereka sendiri. China hanya mengandalkan kekuatan militer untuk menciptakan perdamaian,” ujar Dalai Lama.

Pemerintah Tibet di pengasingan mengonfirmasi, 80 orang tewas dalam aksi protes yang telah berlangsung selama sepekan. Thubten Samphel, juru bicara Dalai Lama di Dharamsala, mengatakan, 72 orang cedera dalam kerusuhan. Kantor berita China, Xinhua, melaporkan korban tewas hanya 10 orang.

Protes digelar untuk memperingati 49 tahun pemberontakan Tibet terhadap pemerintah komunis China yang gagal dan menyebabkan Dalai Lama mengungsi ke India sampai sekarang. Puncak aksi protes itu adalah pembakaran toko-toko dan mobil milik etnis China di Tibet, Jumat pekan lalu.

”Bangsa Tibet tengah menghadapi bahaya serius. Diakui atau tidak, ada persoalan,” kata Dalai Lama.

Dalai Lama menyatakan, komunitas internasional memiliki tanggung jawab moral untuk mengingatkan agar China menjadi tuan rumah Olimpiade yang baik. Dia tidak menyerukan boikot Olimpiade seperti yang dituntut para pendukungnya.

”Rakyat China perlu merasa bangga terhadap Olimpiade. Mereka berhak menjadi tuan rumah Olimpiade,” tuturnya.

Situasi ibu kota Tibet, Lasha, Minggu, tenang tetapi tegang. Hongkong Cable TV melaporkan sekitar 200 kendaraan militer yang setiap kendaraannya mengangkut 40-60 tentara bersenjata bergerak menuju Lasha. Tayangan di televisi memperlihatkan jalan-jalan di Lasha lengang. Hanya kendaraan lapis baja dan militer yang terlihat berpatroli.

Warga diimbau untuk tetap tinggal di rumah. ”Pagi ini situasi cukup tenang, Polisi berpatroli di jalan-jalan. Penduduk diminta untuk tidak keluar rumah,” kata seorang pejabat di kantor pemerintahan Lasha.

Kerusuhan meluas

Kerusuhan pecah di provinsi tetangga Tibet, Minggu. Seorang pejabat polisi yang tidak disebutkan namanya mengatakan, sekitar 200 pemrotes melemparkan bom rakitan dan membakar sebuah kantor polisi di Aba, Provinsi Sichuan.

Pusat HAM dan Demokrasi Tibet melaporkan, ribuan biksu di wihara Amdo Ngaba Kirti di Sichuan mengibarkan bendera Tibet dan meneriakkan slogan kemerdekaan setelah ibadat Minggu pagi.

Aparat keamanan China segera mengepung gedung pemerintah di Aba dan biara tersebut. Aparat menyemprotkan gas air mata dan mencegah para biksu untuk turun ke jalan.

Surat kabar Tibetan Daily, mengutip pernyataan pemimpin politik dan keamanan Tibet, menuliskan bahwa China akan mengobarkan ”perang rakyat” untuk menghadapi aksi protes warga Tibet.

”Kita harus mengobarkan perang rakyat untuk mengalahkan pemisahan diri dan mengecam tindakan buruk dari kelompok tersembunyi pimpinan Dalai Lama,” demikian Tibetan Daily.

Propaganda

Otoritas berencana menyerang dukungan terhadap Dalai Lama melalui propaganda. ”Kita harus membimbing opini publik ke arah yang benar agar seluruh etnis minoritas memahami kebenaran,” sebut surat kabar itu.

China memberi tenggat hingga Senin tengah malam agar para pemrotes menyerahkan diri. China akan memulai perayaan Olimpiade dengan pawai obor dua pekan mendatang. Pawai obor itu akan melintasi wilayah Tibet.

Mayor Jenderal Feng Zhengjie dari Angkatan Pembebasan Rakyat di Beijing mengatakan, pemerintah harus memberikan perhatian lebih terhadap kerusuhan di Tibet. ”Saya harap dan saya yakin pemerintah lokal akan mengatasi persoalan ini. (Kerusuhan) ini mengingatkan kita semua untuk memerhatikan kekuatan anti-China di dalam ataupun di luar negeri. Belakangan ini banyak orang yang tidak ingin China menjadi kuat,” katanya. (ap/afp/reuters/fro)

No comments: