Tuesday, March 4, 2008

Medvedev Teruskan Kebijakan Putin



Selasa, 4 Maret 2008 | 02:17 WIB

Moskwa, Senin - Presiden terpilih Rusia, Dmitry Medvedev, menyatakan akan meneruskan kebijakan yang dirintis pendahulunya, Vladimir Putin. ”Kita akan meningkatkan stabilitas, memperbaiki kualitas hidup, dan terus maju sesuai jalur yang kita pilih,” ujar Medvedev, Senin (3/3).

Dari penghitungan 99,4 suara, Medvedev meraih 70,2 persen suara. ”Dialah pemimpinnya,” kata Ketua Komisi Pemilu Rusia Vladimir Churov.

Di tempat kedua, pemimpin Partai Komunis Gennady Zyuganov memperoleh 17,7 persen suara. Tokoh ultranasionalis Vladimir Zhirinovsky di urutan ketiga dengan 9,37 persen suara dan kandidat kurang dikenal, Andrey Bogdanov, di urutan keempat dengan 1,29 persen.

Suara yang belum dihitung berasal dari luar Rusia, terutama Asia dan Amerika. Churov mengklaim pemungutan suara berjalan lancar tanpa insiden.

”Kami tak menemui kecurangan atau perubahan hasil penghitungan suara,” ujarnya. Partisipasi pemilih mencapai 69,61 persen dari sekitar 109 juta pemilih terdaftar.

Di wilayah Kaukasus Utara, partisipasi pemilih bahkan sangat tinggi. Di Chechnya, partisipasi pemilih mencapai 91,2 persen, di Ingushetia 92,03 persen, dan di Dagestan 90 persen.

Kini dunia akan mengamati kelanjutan politik Rusia setelah pergantian kekuasaan. Para pemimpin dunia, seperti Uni Eropa, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, dan Amerika Serikat, mengucapkan selamat atas terpilihnya Medvedev.

Perdana Menteri Inggris Gordon Brown menyatakan akan menilai pemerintah baru Rusia berdasarkan tindakan dan akibat dari tindakan tersebut. Perdana Menteri Finlandia Matti Vanhanen mengatakan, hasil pemilu adalah isyarat jelas dukungan terhadap kebijakan Putin.

Di luar Eropa, Jepang mengharapkan Medvedev akan menyelesaikan persoalan teritorial yang telah lama mengganggu hubungan bilateral keduanya. Jepang dan Rusia tidak pernah menandatangani perjanjian damai yang mengakhiri secara formal Perang Dunia II karena klaim Tokyo atas empat pulau di lepas pantai utara Jepang yang direbut pasukan Uni Soviet tahun 1945.

Medvedev diperkirakan tidak akan mengubah posisi keras Rusia terhadap Barat atau mengurangi kontrol atas kekayaan mineral Rusia. Medvedev tampaknya juga tidak akan membiarkan pergerakan oposisi berkembang.

Kecenderungan Medvedev untuk mengikuti Putin baru bisa dibuktikan setelah pelantikan secara resmi sebagai presiden pada 7 Mei mendatang. Medvedev telah mengatakan akan mengangkat Putin sebagai perdana menteri dan Putin telah menyatakan akan menerima tawaran tersebut.

Medvedev (42) merupakan pemimpin Rusia termuda sejak Tsar Nicholas II yang dilantik saat berusia 26 tahun.

Tolak hasil pemilu

Kelompok oposisi menyatakan menolak hasil pemilu dan menyebutnya tidak adil. Aliansi oposisi yang dipimpin mantan pecatur, Garry Kasparov, merencanakan aksi turun ke jalan di sejumlah kota, seperti Moskwa dan St Petersburg. Namun, protes di Moskwa telah dilarang oleh otoritas.

Kasparov menggelar protesnya sendiri menentang hasil pemilu dengan membawa sebuah tas plastik bertuliskan: Saya Tidak Berpartisipasi dalam Lelucon Ini.

Kelompok pemantau independen pemilu Rusia, Golos, menyatakan telah menerima sejumlah keluhan dan laporan mengenai ketidakberesan. Laporan paling banyak adalah upaya-upaya memengaruhi dan menyuap pemilih.

Zyuganov mengeluhkan sejumlah pelanggaran pemilu, tetapi dia menyatakan gembira dengan hasil yang diraihnya.

Pejabat Kremlin berdalih, walaupun pemilu tidak seimbang, bukan berarti pemilu tidak adil. Kebanyakan pemilih menyatakan senang dengan kelanjutan kebijakan Putin yang telah memberi mereka kestabilan, bahkan peningkatan perekonomian. (ap/afp/reuters/fro)

 

No comments: