Friday, March 7, 2008

Inflasi Ancam Ekonomi China


Korupsi Dibabat, Keluhan Rakyat Diperhatikan

Kamis, 6 Maret 2008 | 02:06 WIB

Beijing, Rabu - Inflasi kini menjadi ancaman terberat bagi perekonomian China. Karena itu, pengendalian inflasi yang melonjak akan menjadi perhatian utama. Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengontrol inflasi. Dampak penurunan pertumbuhan di AS juga diwaspadai.

Pada pidato tahunannya di hadapan anggota parlemen, Rabu (5/3), Perdana Menteri China Wen Jiabao mengatakan, prioritas utama saat ini adalah menekan harga yang disebabkan kurangnya pasokan bahan pangan.

Dia mengatakan, Beijing akan mengontrol harga, termasuk dengan pengetatan kredit perbankan untuk mengendalikan laju inflasi tahunan sebesar 4,8 persen. ”Untuk memenuhi tugas itu, kita harus mengambil langkah kuat untuk meningkatkan permintaan yang efektif sekaligus memperketat kredit,” ujar Wen di hadapan para anggota Kongres Rakyat Nasional di Beijing.

Para pemimpin China sadar tingginya inflasi akan mengikis peningkatan standar hidup dan menyusahkan penduduk miskin China yang tinggal di pedalaman. Wen dan Presiden Hu Jintao sudah berjanji akan membantu mereka mengatasi hal ini.

Inflasi di China mulai merangkak naik sejak pertengahan tahun 2007. Inflasi pada Januari 2008 bahkan mencapai 7,1 persen, merupakan laju inflasi bulanan tertinggi dalam 11 tahun terakhir. Para ekonom memperkirakan laju inflasi akan tetap tinggi beberapa bulan ke depan walau usaha memperbanyak pasokan pangan menunjukkan hasil.

Target inflasi tahunan sebesar 4,8 persen sama seperti pencapaian tahun 2007. Meningkatnya permintaan konsumen dan bisnis diikuti dengan kekurangan pasokan daging babi dan gandum tahun lalu. Hal ini mendorong kenaikan harga makanan, tanah, dan lainnya.

Wen juga mengatakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi China dengan target 8 persen tahun ini di bawah perkiraan ekonom sebesar 10,5 persen setelah tumbuh sebesar 11,4 persen pada 2007.

Wen juga memperingatkan juga ekonomi China yang didukung oleh ekspor akan terpengaruh pelemahan ekonomi global, krisis kredit AS, harga minyak, serta meningkatnya sentimen proteksionisme di luar negeri.

Berantas korupsi

Dalam pidatonya, Wen juga mengatakan, pemerintah siap memperluas ”demokrasi sosialis” ke seluruh penjuru China, tetapi tetap berada di bawah kepemimpinan Partai Komunis.

”Kita akan memperluas demokrasi rakyat, meningkatkan institusi demokrasi, melakukan diversifikasi institusi demokrasi, dan memperluas penyalurannya. Kita akan menyelenggarakan pemilu yang demokratis,” kata Wen. Ia mengatakan, demokrasi akan dilaksanakan menurut prinsip- prinsip yang ditetapkan pada Kongres Partai Komunis ke-17.

Wen juga berjanji akan mengatasi masalah korupsi dengan lebih saksama lagi dan menanggapi keluhan rakyat lebih baik lagi.

Di luar Balai Agung Rakyat, tempat pertemuan diselenggarakan, banyak selebaran yang berisi keluhan terhadap maraknya korupsi di China.

Di dalam ruangan itu Wen mengatakan, China harus meningkatkan cara mengatasi gejolak sosial di negara berpenduduk 1,3 miliar orang itu. Belakangan, jurang antara kaya dan miskin semakin lebar sehingga membuka peluang ketidakstabilan sosial dan politik. (Reuters/AFP/joe)


 

No comments: