Saturday, March 1, 2008

Oposisi Gelar Demo Anti-Arroyo


Dua Mantan Presiden Bergabung dengan Massa

AP PHOTO/PAT ROQUE / Kompas Images
Mantan Presiden Filipina Corazon Aquino (kiri) dan Joseph Estrada melambaikan tangan ke arah massa saat ikut dalam aksi protes menuntut mundurnya Presiden Gloria Macapagal Arroyo di Makati, Manila, Jumat (29/2).
Sabtu, 1 Maret 2008 | 00:39 WIB

Manila, Jumat - Kelompok-kelompok oposisi Filipina melupakan perbedaan. Secara bersama, Jumat (29/2), mereka menggelar demonstrasi antipemerintah. Tujuan aksi itu adalah mendesak Presiden Gloria Macapagal Arroyo mundur dari jabatan. Ini adalah aksi terbesar anti-Arroyo dalam beberapa tahun terakhir.

Dua mantan presiden, yakni Corazon Aquino dan Joseph Estrada, turut bergabung dengan para demonstran. Mereka terlibat pada rapat umum antaragama, yang diikuti 15.000 orang, sebagaimana diutarakan pihak kepolisian. Perkiraan pihak independen menyebutkan jumlah demonstran sekitar 25.000 orang.

Kata-kata dan kalimat hujatan dan desakan untuk mundur ditujukan kepada Presiden Arroyo. Tentara dan polisi bersiaga penuh dengan membuat pos-pos pemeriksaan di jalan-jalan raya utama.

Para demonstran tak memedulikan gerimis yang turun pada sore hari dan tetap berkumpul di distrik finansial Makati, Manila.

Demonstrasi itu diorganisasikan oleh sebuah koalisi yang terdiri atas kelompok-kelompok oposisi, pengusaha, para aktivis sayap kiri, organisasi-organisasi yang didukung Gereja Katolik dan sebuah kelompok besar evangelis.

Mantan Presiden Corazon Aquino turut terjun. Ia adalah juga pemimpin pemberontakan people power tahun 1986 untuk menggulingkan diktator Ferdinand Marcos dan memulihkan demokrasi di Filipina.

Joseph Estrada, yang terguling karena korupsi besar-besaran tahun 2001, turut hadir. Saat Estrada menjadi presiden, Arroyo adalah wakil presiden. Namun saat itu Arroyo juga ikut mendorong demonstrasi menentang Estrada.

Aquino dan Estrada terlihat duduk berdampingan. Ini tampaknya adalah yang pertama kali terjadi di muka umum. Keduanya diapit politisi oposisi, rohaniwan dan rohaniwati Katolik, para aktivis kiri, dan pengusaha.

Keduanya mengatakan Arroyo seharusnya mengundurkan diri sebagai opsi yang paling damai bagi krisis politik yang menghantam pemerintahannya.

Pada aksi itu Estrada mengatakan, ”Jika seseorang bertahan terlalu lama dengan jabatannya, maka apa yang harus dia lakukan?” Massa langsung menjawab, ”Mundur!” Ini adalah sinisme yang turut disampaikan Estrada kepada Presiden Arroyo.

Arroyo telah tiga kali lolos dari upaya pemakzulan atas tuduhan korupsi yang dituduhkan kepadanya dan kecurangan dalam pemilu 2004. Sedikitnya ada pula tiga kali upaya kudeta yang diarahkan kepada pemerintahannya.

Tak dalam bahaya

Namun, para analis mengatakan, Arroyo tidak berada dalam posisi bahaya walau demonstrasi sudah dilakukan. Ia memiliki banyak pendukung di parlemen Filipina serta di militer. Pihak Gereja Katolik juga belum mau terjun secara massal menentang Arroyo.

Skandal paling akhir yang menimpa Arroyo adalah yang berkenaan dengan tuduhan suap dalam kesepakatan bisnis telekomunikasi pemerintah dengan perusahaan telekomunikasi China, ZTE Corp.

Senilai 330 juta dollar AS dana suap diduga kuat telah diterima Jose Miguel Arroyo, suami Presiden Arroyo. Pemberian tender kepada ZTE Corp itu kemudian dibatalkan.

Dalam pemeriksaan Senat yang disiarkan televisi dan disaksikan jutaan orang, mantan konsultan untuk kontrak itu menggambarkan bagaimana suami presiden dan kepala lembaga pemilu nasional—yang kemudian mengundurkan diri—mendapatkan keuntungan dari suap besar kontrak yang dibatalkan itu. Keduanya menyangkal melakukan pelanggaran.

Arroyo tak pernah secara langsung menjawab tuduhan terhadap dia dan suaminya, tetapi mengatakan dia menentang korupsi dan bahwa keluarganya tidak melakukan bisnis dengan pemerintah. ZTE juga menyangkal tuduhan itu.

Aquino mengatakan semakin meningkatnya ketidakpuasan publik atas skandal itu bisa memaksa Arroyo untuk mengundurkan diri. ”Saya semakin optimistis karena saya dapat melihat bahwa semakin banyak orang Filipina ambil bagian dalam upaya untuk menemukan kebenaran,” kata Aquino. ”Apa yang keluar dalam pemeriksaan Senat benar-benar mengejutkan.”

Para uskup Gereja Katolik yang berpengaruh beberapa hari lalu mengeluarkan pernyataan. Isinya mendesak Arroyo untuk ”membersihkan” korupsi dalam pemerintahnya. Namun, para uskup tersebut tidak menyinggung soal desakan pengunduran diri Presiden Arroyo.(AP/AFP/REUTERS/DI)

No comments: