Sunday, March 9, 2008

Pemilu Malaysia


Semoga Ada Perubahan...


Minggu, 9 Maret 2008 | 02:38 WIB

Kalimat semacam itu terlontar dari beberapa orang Malaysia yang sempat ditemui Kompas menjelang dan usai pemilu parlemen, Sabtu (8/3). Teriakan-teriakan reformasi menjadi lebih menggema disuarakan kelompok oposisi di jalan-jalan saat kampanye. Mereka berharap ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam kehidupan sosial ekonomi di Malaysia.

Belakangan ini, Malaysia dilanda beragam isu yang menyebabkan keresahan masyarakat kiat menguat. Dimulai dari protes yang digelar koalisi untuk pemilu bebas dan adil (Bersih) untuk menuntut pelaksanaan pemilu jujur dan adil. Protes yang dimotori kelompok oposisi itu disusul dengan protes oleh warga etnis India. Mereka menuntut diskriminasi yang meminggirkan mereka dalam hampir segala lini kehidupan.

Sebagian besar rakyat Malaysia juga mengeluhkan naiknya harga kebutuhan hidup, terutama harga bahan bakar minyak. Saat pemilu 2004, harga BBM 1,37 ringgit per liter, dan tahun ini naik jadi 1,92 ringgit per liter.

”Hanya satu harapan kami. Tidak ada lagi kecurangan, tidak ada lagi sekat-sekat masyarakat, semua berbaur menjadi satu,” kata Iskandar, pemilih di wilayah Permatang Pasir, Penang.

Bersama simpatisan Partai Islam Se-Malaysia (PAS) dan Partai Keadilan Rakyat (PKR), dia berdiri di tepi jalan sambil melambaikan spanduk bertuliskan ”Harapan Baru untuk Malaysia”. Mereka berseru-seru saat kendaraan pendukung PAS atau PKR lewat. Saat kendaraan dengan atribut pendukung koalisi berkuasa Barisan Nasional (BN) lewat, mereka meneriakkan, ”Huuuu....” Di atas mereka bertebaran lambang-lambang partai tertera di bendera, poster, dan spanduk.

Di seberang mereka berbaris pendukung BN. ”Memang kami saling beradu kata, tetapi tidak panas hati. Tidak patutlah kami bertengkar. Seperti ini pun terjadi hanya saat pilihan raya (pemilu), usai itu kami berdamai lagi,” tutur Iskandar.

Penang merupakan daerah ”panas” perebutan antara koalisi berkuasa dan oposisi. Kedua pihak berlomba meraih simpati rakyat dengan berbagai janji memberikan kehidupan yang lebih baik. Di negara bagian ini, Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi dan pemimpin oposisi mantan Wakil PM Anwar Ibrahim sama-sama memberikan suara di Penang.

Iskandar menyebut Indonesia sebagai salah satu contoh reformasi dan harus diikuti oleh Malaysia. ”Kami ingin ada demokrasi, keadilan, dan perlakuan yang sama bagi semua rakyat Malaysia,” katanya.

Hal senada dikemukakan Farid, simpatisan PKR di salah satu posko di Permatang Pauh, Penang. ”Korupsi di mana-mana. Kami ingin hak rakyat dikembalikan. Keadilan harus ditegakkan. Harga minyak harus diturunkan,” ujarnya berapi-api.

”Mana ada demokrasi yang tidak memberi tempat kepada pembangkang (oposisi). Kami tidak diberi tempat yang cukup di televisi atau radio untuk kampanye,” kata Farid.

Lebih ramai

Seruan perubahan memang lebih ramai diteriakkan oleh kelompok oposisi. Mereka membanjiri setiap kampanye yang dihadiri Anwar atau istrinya, Wan Azizah Wan Ismail, di berbagai tempat.

Ribuan massa memenuhi lapangan atau persimpangan jalan yang diberi tenda untuk mimbar sederhana. Namun, semangat membara untuk mendukung perubahan yang diusung oposisi terasa kuat. Seorang bapak mendekati Kompas dan mengatakan, dia sengaja datang membawa anaknya yang berumur tiga tahun untuk mendengarkan Anwar berpidato.

”Kami ingin ada perubahan. Pemerintah sudah menyimpang, sehingga perubahan harus segera dilaksanakan,” katanya. Dia menyebut korupsi dan kenaikan harga barang kebutuhan hidup sebagai penyimpangan tersebut.

Dia berbaur bersama orang- orang yang dengan penuh minat mendengarkan pidato Anwar yang berapi-api. Tidak hanya warga Melayu, warga etnis India dan China membaur di satu tempat meneriakkan hal yang sama: perubahan. Perubahan yang diusung Anwar di antaranya adalah ketiga etnis yang sering terlibat ketegangan itu bisa duduk setara sebagai warga negara Malaysia dan memajukan negeri jiran ini.

Anwar dan para kandidat partai oposisi yang membentuk Barisan Alternatif (BA) selalu menyapa para simpatisan mereka dengan tiga bahasa: Melayu, India, dan China. Walaupun hanya sepatah dua patah, penghargaan massa sangat besar terlihat dari gemuruh tepuk tangan dan teriakan ”Reformasi!”.

Analis memang memperkirakan BN masih meraih kemenangan dalam pemilu. Akan tetapi, oposisi kini berpeluang mendapat kursi lebih banyak. Dan seperti dikatakan Iskandar, ”Semoga perubahan segera terasa di Malaysia”. (Fransisca Romana Ninik dari Malaysia)

 

No comments: