Sabtu, 22 Maret 2008 | 20:11 WIB
TAIPEI, SABTU - Kandidat presiden dari Partai Nasional Taiwan (KMT) yang oposisi, Ma Ying-jeou meraih lebih dari separuh suara dalam pemilihan Sabtu (22/3). Kemenangan ini diharapkan akan meningkatkan hubungan dengan China. Ma meraih lebih dari tujuh juta suara. Lebih dari separuh dari jumlah 13 juta pemilih yang memberikan suara mereka.
Komisi Pemilu Pusat mengatakan Ma meraih 58 persen dari suara itu, sementara kandidat dari partai berkuasa Partai Progresif Demokratik (DPP) Frank Hsieh merebut 42 persen, dengan penghitungan masih berlangsung.
Ma mendukung hubungan ekonomi lebih baik dan dialog politik
dengan China, yang mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai wilayahnya. China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sejak akhir perang saudara China tahun 1949.
Partai DPP Hsieh mendukung kemerdekaan resmi pulau itu sementara KMT Ma menginginkan penyatuan kembali apabila China menjadi negara demokrasi. "Apakah anda memilih Hsieh atau Ma, yakin suara itu demi Taiwan," kata Chen kepada wartawan. "Jangan biarkan Taiwan menjadi Hongkong nanti. Jangan biarkan Taiwan menjadi Tibet nanti," ujarnya.
Ma mengemukakan kepada wartawan setelah pemungutan suara itu komitmennya pada Taiwan tidak diragukan. "Saya selalu mengatakan bahwa jika saya terpilih saya akan berdialog dengan China mengenai banyak masalah. Saya akan melindungi Taiwan, tidak hanya identitasnya tetapi kedaulatannya, dengan segala kekuatan saya," katanya.
"Saya telah mengatakan pada banyak kesempatan bahwa Taiwan bukan Tibet. Taiwan juga bukan Hongkong. Jadi kita akan mempertahankan negara demokratik ini sebagaimana adanya," ujar Ma. (ANT/IMA)
TAIPEI, SABTU - Kandidat presiden dari Partai Nasional Taiwan (KMT) yang oposisi, Ma Ying-jeou meraih lebih dari separuh suara dalam pemilihan Sabtu (22/3). Kemenangan ini diharapkan akan meningkatkan hubungan dengan China. Ma meraih lebih dari tujuh juta suara. Lebih dari separuh dari jumlah 13 juta pemilih yang memberikan suara mereka.
Komisi Pemilu Pusat mengatakan Ma meraih 58 persen dari suara itu, sementara kandidat dari partai berkuasa Partai Progresif Demokratik (DPP) Frank Hsieh merebut 42 persen, dengan penghitungan masih berlangsung.
Ma mendukung hubungan ekonomi lebih baik dan dialog politik
dengan China, yang mengklaim Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri itu sebagai wilayahnya. China mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya sejak akhir perang saudara China tahun 1949.
Partai DPP Hsieh mendukung kemerdekaan resmi pulau itu sementara KMT Ma menginginkan penyatuan kembali apabila China menjadi negara demokrasi. "Apakah anda memilih Hsieh atau Ma, yakin suara itu demi Taiwan," kata Chen kepada wartawan. "Jangan biarkan Taiwan menjadi Hongkong nanti. Jangan biarkan Taiwan menjadi Tibet nanti," ujarnya.
Ma mengemukakan kepada wartawan setelah pemungutan suara itu komitmennya pada Taiwan tidak diragukan. "Saya selalu mengatakan bahwa jika saya terpilih saya akan berdialog dengan China mengenai banyak masalah. Saya akan melindungi Taiwan, tidak hanya identitasnya tetapi kedaulatannya, dengan segala kekuatan saya," katanya.
"Saya telah mengatakan pada banyak kesempatan bahwa Taiwan bukan Tibet. Taiwan juga bukan Hongkong. Jadi kita akan mempertahankan negara demokratik ini sebagaimana adanya," ujar Ma. (ANT/IMA)
No comments:
Post a Comment