Putra Jaya, Rabu - Untuk mempercepat pelaksanaan pemilu, Perdana Menteri Malaysia Abdullah Ahmad Badawi memutuskan membubarkan parlemen, Rabu (13/2). Keputusan ini diduga kuat bertujuan menjegal Anwar Ibrahim.
”Raja sudah menandatangani pembubaran parlemen, yang efektif hari ini,” ujar Badawi. Selanjutnya, Komite Pemilu akan menentukan tanggal pemilu. Sesuai dengan aturan, pemilu harus terlaksana paling lambat 60 hari setelah parlemen dibubarkan, yakni pada Maret 2008.
Sebenarnya jadwal pemilu Malaysia menyebutkan pemilu akan dilaksanakan 16 Mei 2009. Abdullah belum memberikan penjelasan alasannya mempercepat pemilu itu. Para pengamat memperkirakan, Abdullah tengah berusaha mendapat mandat baru. Selain itu, jika pemilu dilaksanakan Maret, tertutup bagi pemimpin oposisi Anwar Ibrahim untuk ikut pemilu.
Dilarang hingga April
Anwar dilarang memegang posisi di pemerintahan hingga April karena dakwaan kriminal masa lalu, yakni korupsi dan sodomi. Akibatnya, Anwar dipenjara pada tahun 1998 dan tidak boleh kembali terjun ke politik hingga tahun ini. Partai Keadilan pimpinan Anwar mengecam keputusan Abdullah itu. ”Saya kira inilah alasan pemerintah terburu-buru pemilu,” kata Kepala Penerangan Partai Keadilan Tian Chua.
Anwar menilai, keputusan Abdullah itu amat memalukan. Sebenarnya Anwar berharap Partai Keadilan akan dapat memenangi paling tidak 25 kursi parlemen di pemilu mendatang. ”Jika pemilu itu jujur dan adil. Sayangnya, pemilu tidak jujur dan bebas. Tidak ada akses media di Malaysia. Daftar pemilih juga bisa dipertanyakan karena banyak sekali pemilih tidak terdaftar,” kata Anwar.
Pemerintah menyangkal. Namun, pengamat politik di Universitas Nasional Malaysia, Mohammad Agus Yusoff, mengatakan, ”faktor Anwar” itu jelas sangat memengaruhi waktu pelaksanaan pemilu. ”Ia (Anwar) harus dijauhkan dari politik karena Anwar pintar berorasi dan menarik simpati pemilih. Lagi, Anwar juga sangat kenal dengan UMNO dan tahu persis cara untuk menjegal strategi UMNO,” ujarnya.
Tian Chua mengatakan, pihaknya akan bertemu dengan partai oposisi, antara lain Partai Aksi Demokrat (China) dan Partai PAS yang termasuk Islam fundamentalis untuk membicarakan strategi untuk menang di pemilu. Pada pemilu kali ini ada 222 kursi yang akan diperebutkan.
Abdullah yang memimpin Organisasi Nasional Malaysia Bersatu (UMNO) bersama koalisi multirasial, Barisan Nasional, telah menguasai 200 dari 219 kursi parlemen. Sementara itu, Partai Aksi Demokrat (DAP) meraih 12 kursi, PAS enam kursi, dan Partai Keadilan satu kursi.
Koalisi Barisan Nasional telah mencatat kemenangan di pemilu 2004. Namun, Abdullah mengaku koalisi yang telah berkuasa sejak tahun 1957 itu dikhawatirkan tidak bisa mengulangi kesuksesan tahun 2004. Apalagi dengan meningkatnya ketegangan di antara etnis China dan minoritas India.
Para pengamat memperkirakan, partai berkuasa akan kembali memenangi pemilu. Namun, kali ini jumlah perolehan suaranya diyakini akan menurun. Sejak tahun 2003, Abdullah berusaha menaikkan popularitas yang menurun akibat protes masyarakat akan kenaikan harga minyak dan makanan, meningkatnya kejahatan jalanan, ketegangan ras, dan tenaga kerja asing yang murah.
Pengamat politik Shamsul Amri Baharuddin dari Universitas Nasional Malaysia yakin Barisan Nasional tetap menang, tetapi hasilnya tidak akan sebaik pemilu sebelumnya. ”Hasil pemilu yang terakhir itu menunjukkan harapan rakyat terhadap Abdullah dan pada pemilu nanti rakyat menilai kinerja Abdullah selama empat tahun,” ujarnya.
Abdullah dinilai lemah dan tidak sanggup mewujudkan janji di kampanye, seperti membasmi virus korupsi di dunia politik dan bisnis. (REUTERS/AFP/LUK)
No comments:
Post a Comment