Oleh: Kornelis kewa ama
Dili, Kompas - Sekitar 5.000 warga Dili secara tertib turut mengantar jenazah Alfredo Reinado Alves (42) dan anak buahnya, Leopoldo (21), ke tempat pemakaman di Dili, Timor Leste, Kamis (14/2). Sebagian besar di antaranya adalah generasi muda yang mendukung semangat perjuangan Alfredo.
Istri Alfredo, Janeta Alves, hanya mengirim bunga berwarna pink dari Australia dengan sebuah tulisan ”Cintaku untukmu selamanya”.
Pengamatan Kompas di rumah duka, milik paman Alfredo, tempat jenazah disemayamkan di Kampung Alor, Dili Barat, Kamis, para pelayat sebagian besar adalah warga Loro Monu (Timor Leste bagian barat), seperti distrik Aileu, Bobonaro, Liquica, Same, Suai, Ermera, dan Oecussi.
Sejak pukul 06.00 waktu Timor Leste (WTL) para pelayat mulai memadati rumah duka. Jadwal pemakaman seharusnya pukul 12.00 WTL, tetapi diundur sampai pukul 15.30 WTL karena masih menunggu sejumlah tokoh masyarakat dan kerabat almarhum dari beberapa distrik.
Misa pemakaman jenazah Alfredo dan anak buahnya dipimpin Pastor Julius Jacinto SVD dari Keuskupan Dili. Dalam khotbahnya, Jacinto mengatakan, kematian Alfredo hanya karena perebutan kebenaran. Setiap warga Timor Leste selalu melihat diri sebagai orang paling benar dalam tindak tanduk dan tutur kata.
”Karena itu, ia selalu mempersalahkan orang lain, bahkan dengan berbagai cara berupaya menyingkirkannya. Sesungguhnya kebenaran itu hanya ada pada Tuhan sebagai sumber kebenaran sejati,” kata Jacinto.
Di Canberra, Australia, Perdana Menteri Kevin Rudd, Kamis kemarin mengumumkan akan datang ke Dili, Timor Leste, Jumat ini, atas undangan Perdana Menteri Xanana Gusmao. Kedua pemimpin akan mendiskusikan situasi di Timor Leste pascapenyerangan terhadap para pemimpin Timor Leste dan kemungkinan penambahan jumlah pasukan Australia di sana.
Sementara di Dili, parlemen Timor Leste dan Penjabat Presiden Fernando de Araujo memutuskan memperpanjang keadaan darurat yang sebelumnya diberlakukan selama 48 jam hingga 23 Februari mendatang. Keadaan darurat diperpanjang karena kondisi dalam negeri dinilai masih sangat rawan.
Berpakaian hitam
Sekitar 5.000 warga Timor Leste memadati acara pemakaman Alfredo. Mereka mengenakan pakaian hitam simbol perkabungan serta datang berkelompok sambil membawa karangan bunga dan lilin di tangan.
Lokasi pemakaman berjarak sekitar 100 meter dari rumah duka. Jenazah Alfredo dan Leopoldo dimakamkan dalam satu lubang yang dipisah jadi dua.
Para pemuda yang menghadiri pemakaman sambil membawa spanduk berisikan dukungan terhadap perjuangan Alfredo terus meneriakkan ”Viva Alfredo! Viva Alfredo!” saat pemakaman berlangsung.
Tak ada satu pun utusan dari pemerintahan atau parlemen setempat terlihat pada pemakaman Alfredo. PM Xanana Gusmao hanya mengatakan mendukung suasana aman dan tertib pada proses pemakaman Alfredo.
Tampak ratusan polisi PBB dan polisi lokal dipimpin polisi Australia berjaga-jaga di sepanjang jalan masuk menuju rumah duka dan tempat pemakaman. Mereka melakukan pemeriksaan terhadap setiap pelayat. Dua panser disiapkan untuk mengantisipasi kekacauan.
Banyak warga Dili membicarakan kematian Alfredo. Mereka menduga ada rekayasa elite politik Timor Leste untuk kepentingan tertentu. Alfredo adalah saksi kunci dalam kasus pembagian senjata api secara ilegal oleh elite politik kepada masyarakat dalam kerusuhan Mei 2006. (AP/OKI)
No comments:
Post a Comment