Wednesday, February 13, 2008

Lagi, Arroyo Didesak Mundur




Mantan anggota kabinet, Michael Defensor, memperlihatkan satu amplop tempat uang yang pernah dia berikan kepada Rodolfo Lozada Jr (tak terlihat). Amplop itu dikembalikan lagi kepada Defensor, Senin (11/2) di Manila. Isu amplop ini mengemuka terkait pembagian suap dari suami Presiden Gloria Macapagal- Arroyo, agar tutup mulut soal praktik korupsi di lingkaran Istana Malacanang.
Rabu, 13 Februari 2008 | 02:16 WIB

Manila, Selasa - Aksi protes di jalanan menuntut Presiden Gloria Macapagal-Arroyo mundur semakin meningkat. Pemerintah, Selasa (12/2), meminta agar rakyat tetap tenang karena kini Senat tengah menyelidiki kasus korupsi yang menjerat Arroyo.

Kini Senat tengah menyelidiki tuduhan korupsi yang melilit Arroyo terkait kontrak jaringan internet nasional senilai 329 miliar dollar AS. Kontrak yang akhirnya kontroversial itu sejak lama telah dibatalkan Arroyo. ”Tak ada alasan bagi presiden untuk mundur. Masyarakat seharusnya bersikap tenang dan adil,” kata juru bicara Arroyo, Lorelei Fajardo.

Seorang pejabat pemerintah di tingkat menengah mengakui suami Arroyo, Jose Miguel, bersama mantan ketua pemilu, Benjamin Abalos, berusaha memperoleh ”pembayaran kembali” ilegal dari kesepakatan kerja sama dengan perusahaan telekomunikasi dari China, ZTE. Namun, Arroyo sudah membatalkan kesepakatan itu. Meski demikian gara-gara Senat kembali menyelidiki kasus itu, aksi protes jalanan kembali marak sejak pekan lalu.

Seperti yang terjadi Selasa pagi, ratusan aktivis menggelar protes damai di jalanan mengelilingi kota Manila sambil membawa poster bertuliskan ”Mundur, Gloria!”. Sergio Ortiz-Luiz dari Perusahaan Konfederasi Eksportir Filipina di Manila mengingatkan, protes jalanan yang kini terjadi setiap hari itu mulai merugikan investasi karena itu Senat diminta segera menyelesaikan segala proses penyelidikannya.

Klub Bisnis Makati yang terdiri dari tokoh dan pemimpin bisnis itu justru mendesak rakyat untuk menyuarakan penentangan pada pemerintahan Arroyo. ”Kami meminta rakyat agar mulai berani menyuarakan semua yang ada di dalam pikiran mereka,” kata direktur klub, Alberto Lim. Anggota klub itu sebelumnya juga sering meminta Arroyo mundur.

Klub itu menduga Arroyo terlibat dalam kesepakatan dengan ZTE itu. ”Sulit dipercaya jika kesepakatan kerja sama sebesar itu dapat dilakukan tanpa sepengetahuan orang nomor satu di negara ini,” kata Alberto Lim. Meski tidak lagi meminta Arroyo mundur, klub itu akan tetap ikut mendukung protes besar-besaran anti-Arroyo, Jumat mendatang.

Sampai saat ini belum ada bukti kuat yang bisa menjerat Arroyo, suami, atau anggota keluarganya. Bahkan, posisi politik Arroyo juga tidak terancam karena sekutu-sekutunya mendominasi DPR. Bukan hanya itu, Arroyo juga mendapat dukungan kuat dari militer. Fajardo menegaskan, meski kasus korupsi itu menyinggung nama suami Arroyo, tidak lantas berarti Arroyo ikut terlibat.

Masa kepemimpinan enam tahun Arroyo akan berakhir tahun 2010. Sejak pertama kali duduk di kursi kepresidenan, Arroyo sudah digoyang kasus korupsi. Selain itu, Arroyo juga lolos dari tiga upaya pemakzulan di Kongres dan dua kali upaya kudeta.

Militer tetap setia

Meski Arroyo didesak mundur, militer menegaskan akan setia di belakang Arroyo dan tidak berada di pihak siapa pun. Brigadir Jenderal Ricardo Morales juga mengingatkan militer agar tetap setia kepada presiden dan tak terlibat dalam politik. ”Opini pribadi kita bersifat pribadi. Meski kita tahu dan punya akses pada politik, kita akan tetap menyimpan opini kita untuk kita sendiri,” kata Morales ketika berpidato di depan barisan pasukannya.

Morales pun mengingatkan supaya pasukan tidak menyebarkan rumor melalui layanan pesan singkat (SMS). ”Jangan menyebarkan rumor. Ingat! Kalian akan menyampaikan pesan yang diterima hanya kepada petugas intelijen. Kita tidak akan terlibat dalam aktivitas politik apa pun,” ujarnya dengan tegas. (AFP/LUK)

No comments: