Wednesday, February 13, 2008

'Obamacan'


Oleh : Ahmad Syafii Maarif

Istilah 'Obamacan' berasal dari Obama (46) yang berarti pendukung Obama dari Partai Republik (Republican Party). Partai ini juga biasa disebut GOP (Grand Old Party). 'Can' diambil dari ujung perkataan republican itu. Nama ini semakin populer ketika seorang pengusaha perempuan dari kubu Republik, Rosalind Vantoyl (35), memakai baju kaos dengan tulisan Obamacan, untuk menunjukkan bahwa ia sekarang sebagai pendukung Obama. Alasannya cukup substansial, karena Obama "telah mengatasi perbedaan, label, dan dogma", seperti dikutip kolumnis Ellis Cose dari Newsweek, 6 Feb 2008 dalam kolomnya berjudul: "Understanding Obama's Appeal".

Cose menyigi daya tarik Obama bukan karena pendukungnya paham tentang dia, tetapi lebih banyak karena tokoh ini dipandang mengagumkan, penuh misteri, dan bagus, tetapi juga berada dalam bahaya. Orang belum bisa membayangkan bagaimana nanti, sekiranya Obama memasuki Gedung Putih sebagai presiden kulit hitam, berurusan dengan jago-jago lobi yang biasa meminyaki roda pemerintahan dan raja uang yang membeli dukungan politik, tulis Cose yang berkulit hitam.

Penulis Newsweek online (1 Feb 2008) yang lain, Richard Wolffe, dengan baik sekali memberi judul kolomnya dengan "Barack+GOP=Obamacans." Salah seorang yang terkemuka disebut Susan Eisenhower, cucu mantan Presiden D Eisenhower yang dengan bangga mendukung Obama tanpa melepaskan keterikatannya dengan Partai Republik. Katanya, kakeknya dulu juga mendapat dukungan dari kaum demokrat, seperti halnya juga Ronald Reagan dalam kasus serupa. Menurut Susan, ini semua adalah sebuah tradisi lama yang bagus: pemilih silang partai.

Seorang Susan adalah simbol kegelisahan rakyat Amerika di bawah Bush yang menginginkan perubahan yang menjadi salah satu tema tim kampanye Obama. Pemilih silang partai ini semakin panjang saja daftarnya dari hari ke hari, sekalipun belum merupakan jaminan kemenangan Obama.

Pasca-Super Tuesday, Partai Demokrat malah menghadapi kesulitan yang agak serius, karena dua jagonya Hillary (60) dan Obama masih berada pada posisi sama kuat. Dari 28 negara bagian, 15 dimenangkan Obama, 13 oleh Hillary, sementara suara delegasi dalam proses pemilihan penjajakan itu dimenangkan Hillary.

Menurut harian The Australian, Howard Dean, Ketua Komite Nasional Partai Demokrat, menjadi semakin risau dengan perkembangan terakhir partainya yang sedang menghadapi jalan buntu dalam menentukan pilihan calon presiden: Hillary atau Obama. Sebaliknya Partai Republik sudah hampir pasti akan mencalonkan John McCain (71), pahlawan perang Vietnam, setelah menyisihkan saingan-saingan separtainya dengan selisih angka yang tinggi.

Maka, tidaklah mengherankan tajuk rencana The New York Times diberi judul: "Divided They Run" (Mereka Maju Terpecah). Menurut tajuk ini, baik Partai Demokrat maupun Partai Republik dalam kampanye 2008 ini tidak berhasil memenuhi hasrat kuat rakyat Amerika yang sudah muak dengan "partisan division" (terkotak secara partisan), jauh dari persatuan nasional. Istri Obama, Dr Michelle Obama, saking rindunya melihat bersatunya rakyat Amerika sampai-sampai mengatakan: "I'd have to think about that," saat ditanya apakah ia akan mendukung Hillary jika ia tampil sebagai pemenang dalam kubu Partai Demokrat.

Tetapi di atas itu semua, pemilu Amerika kali ini benar-benar menarik, khususnya dalam kaitannya dengan Partai Demokrat yang boleh jadi akan mengalahkan Partai Republik bulan November 2008. Jika yang berhasil masuk Gedung Putih nanti adalah Obama atau Hillary, maka petanya adalah ini: Obama presiden kulit hitam Amerika yang pertama, sedangkan Hillary presiden perempuan pertama Amerika. Tetapi, jika Partai Demokrat dilanda perpecahan yang semakin parah, tidak mustahil politikus gaek John McCain yang akan menjadi pemenang, sesuatu yang tidak diharapkan dunia.

Sebab itu sudah mulai terdengar gagasan agar Hillary-Obama maju dalam satu paket untuk mengalahkan McCain. Jika Hillary yang menang dalam proses pemilihan Partai Demokrat, mungkin Obama tidak keberatan dimasukkan ke dalam paket partai untuk calon presiden/wakil presiden.

Yang mungkin rumit adalah jika Obama yang menang, apakah Hillary bersedia sebagai pendamping, demi "menggempur" John McCain? Bulan-bulan yang akan datanglah yang bisa memberi jawaban. Tentu orang berharap agar tidak akan ada pembunuhan politik kelas atas, sebagaimana yang dialami John Kennedy dan adiknya Robert Kennedy tahun 1960-an. Akhirnya, Amerika harus meninggalkan politik luar negeri imperialistik warisan Presiden George W. Bush, jika ingin bersahabat dengan umat manusia.

No comments: