Thursday, February 14, 2008

Tangisan Iringi Jenazah Alfredo


Kamis, 14 Februari 2008 | 02:18 WIB

Oleh: Kornelis Kewa Ama

Dili, Kompas - Isak tangis mengiringi jenazah pemimpin pemberontak Mayor Alfredo Reinado Alves (42) bersama jenazah anak buahnya, Leopoldo (21), saat keluar dari RSU Bidau, Dili Timur, ke rumah duka di Kampung Alor di Dili Barat, Timor Leste, Rabu (13/2).

Alfredo bersama Leopoldo ditembak pasukan pengawal kediaman pribadi Presiden Timor Leste Ramos Horta, Senin lalu.

Juru bicara keluarga Afredo, Viktor Alves, di rumah duka di Dili mengatakan, jenazah tiba di rumah pukul 16.30 karena pihak rumah sakit masih menunggu surat keterangan pemberangkatan jenazah dari Jaksa Agung Timor Leste Longginus Monteiro.

Suasana di rumah sakit aman terkendali. Tampak puluhan tentara berseragam loreng dengan senjata laras panjang melakukan penjagaan dari pintu masuk dan di sekeliling rumah sakit itu.

Pemeriksaan terhadap warga yang masuk rumah sakit pun cukup ketat. Hanya pers, staf rumah sakit, dan keluarga korban yang diizinkan masuk.

Pukul 16.30, sebuah mobil jenazah dengan nomor polisi 02393 G (Governor) menjemput jenazah Alfredo, dan mobil dengan nomor polisi 02395 G membawa jenazah Leopoldo.

Ribuan warga datang secara sukarela, membentuk pagar betis menyambut jenazah tersebut. Isak tangis pun tidak terhindarkan saat jenazah dimasukkan ke dalam mobil. Di rumah duka, ribuan pelayat menunggu. Mereka datang dari Ermera, Suai, Liquica, Aileu, dan Bobonaro.

Menurut Viktor, jenazah akan dimakamkan di Dili hari ini (14/2) setelah dilakukan upacara misa pemakaman. Istri Alfredo saat ini masih berada di Australia.

”Permintaan istri Alfredo agar jenazah suaminya dimakamkan di Manggarai (Flores, Nusa Tenggara Timur), asal istrinya, tidak dikabulkan pihak keluarga di Dili karena Alfredo lahir di Aileu,” kata Alves.

Anggota Parlemen Timor Leste Aderito Hugo da Costa mengatakan, Alfredo dan Leopoldo ditembak pasukan pengawal kediaman Presiden Jose Ramos Horta, Senin lalu, beberapa saat setelah berupaya merebut senjata dari pengawal presiden.

Ketika itu, Alfredo bersama 12 anak buahnya menggunakan mobil pemerintah dengan kode G (Governor) berpakaian loreng, lengkap dengan senjata memasuki kediaman pribadi Horta.

Pasukan pengawal presiden menyangka mereka adalah anggota tentara Timor Leste yang menggantikan pengawalan. Setelah turun dari mobil, Alfredo langsung merebut dua senjata laras panjang yang dikuasai pengawal, kemudian berlari menuju kamar tidur dan ruang tamu mencari Horta. Saat itu, Horta sedang lari pagi bersama dua pengawalnya.

Presiden Horta mendapat telepon dari anggota keluarganya bahwa ada pemberontak mencari dirinya. Ia pun segera pulang ke rumah. Baru sekitar 20 meter dari rumah, Horta ditembak sampai terjatuh. Dua butir peluru bersarang di tubuhnya, dan kini sudah berhasil dikeluarkan di Royal Darwin Hospital, Australia.

Pasukan tak bertindak

Pasukan perdamaian yang berada di sekitar lokasi tidak bertindak tegas. Horta yang sudah jatuh tersungkur dibiarkan selama 30 menit. Bahkan, anggota keluarga yang hendak menolong pun dilarang.

Viktor Alves berharap, dengan kematian Alfredo persoalan tidak diperpanjang lagi. Semua pihak harus melihat kejadian itu sebagai suatu peristiwa pertobatan untuk masa depan Timor Leste.

Perdana Menteri Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmao mengimbau para pemuda Timor Leste tenang dan tidak terprovokasi. ”Anda semua saya minta menghormati konstitusi dan bersama- sama membangun keutuhan dan perdamaian antara sesama orang Timor Leste,” kata Gusmao.

No comments: