Friday, February 22, 2008

Obama, Gerakan Sosial Pascapolitik AS


Suzie S Sudarman

Banyak orang mengasosiasikan hasil prapemilihan dan kaukus di AS bulan Februari sebagai hal yang berkenaan ”hilangnya politik” (the disappearance of the political).

Namun, penghitungan suara lebih menyiratkan daya guna bentuk kapitalisme alat komunikasi baru, di mana teknologi memfasilitasi upaya menularkan semangat para pemilih AS. Facebook dan YouTube adalah jenis perangkat abad ke-21 yang banyak membantu politik pencitraan Obama, kandidat masa depan AS pascarasisme.

Hasil prapemilihan

Hasil prapemilihan dan kaukus AS sebenarnya lebih dari sekadar manifestasi semangat zaman karena akar gerakan sosial yang kini diwakili Obama telah ada saat kampanye kandidat Partai Demokrat, seperti Eugene McCarthy, George McGovern, Michael Dukakis, Gary Hart, dan Bill Bradley. Keadaan itu kini diuntungkan dengan adanya dukungan kalangan Amerika-Afrika.

Prapemilihan dan kaukus AS menyediakan dua model kepemimpinan untuk mewujudkan agenda progresif Partai Demokrat. Obama menekankan model organisasi komunitas (community organizing) melalui pemberian inspirasi agar tercipta mayoritas yang stabil, sedangkan Clinton mewakili model the New Democrats yang lebih populis, tetapi tetap mengutamakan tanggung jawab pribadi, komunitas, dan keamanan nasional.

Agenda progresif

Secara jeli Obama mengombinasikan teknologi digital dengan upaya penggalangan kaum muda agar ia menjadi penantang tangguh kandidasi Hillary Clinton yang sebelumnya tampak sulit dibendung. Semula Obama memberikan prioritas kepada aplikasi kerja nyata di kampus-kampus universitas dengan jalan menggunakan mahasiswa untuk merekrut mahasiswa lain. Hal ini mirip kerja mesin politik yang amat terbantu bank telepon, telepon seluler, tersedianya situs internet untuk menciptakan jejaring, iklan radio dan televisi.

Obama menonjol karena politisi senior lainnya tidak terbukti mampu mewujudkan apa yang telah dijanjikan dalam siklus pemilihan kongres tahun 2006. Selain itu, sebagai wajah baru yang segar, muda, merepresentasikan masa depan, Obama menyiratkan makna pembaruan yang didambakan warga AS.

Survei majalah Time terhadap masyarakat AS di bawah usia 30 tahun menunjukkan, dua pertiga menyatakan, AS sedang mengarah ke tujuan yang salah, dan mayoritas merasa waswas tentang pekerjaan, perawatan kesehatan, dan Perang Irak.

Yang menarik dari kandidasi Obama ini adalah pengutamaannya kepada proses, bukan hanya sekadar mengejar pencapaian tujuan. Kekuatan Obama terletak pada upaya memenuhi keinginan kaum muda akan perubahan. Karena generasi ini amat mendambakan seorang pemimpin yang jujur, terbuka, dan inklusif, mereka menjadi pelopor agenda progresif (foot soldiers of progressivism) Obama.

Janji rekonsiliasi

Berbagai kemenangan dalam prapemilihan dan kaukus menciptakan momentum bagi nominasi Obama di konvensi Partai Demokrat. Mengantisipasi hal ini, pidato Obama setelah prapemilihan Super Tuesday menekankan soal rekonsiliasi dan masa depan, ”bisikan yang telah menjadi sebuah paduan suara akan terus berubah menjadi himne yang akan menyembuhkan bangsa ini dan tetap mengupayakan terwujudnya masa-masa datang yang berbeda dengan sebelumnya”.

Setelah Potomac Primary, baik Clinton maupun Obama sama-sama mendapat suara kelompok pria Kaukasian (kulit putih/Anglos), kelompok perempuan, orang-orang Amerika-Afrika, dan kelompok Hispanik (Latinos), selain dukungan kalangan yang berpenghasilan sekitar 50.000 dollar AS, penduduk di luar wilayah perkotaan dan pendukung Partai Demokrat di kota-kota kecil dalam proses pembentukan mayoritas yang stabil.

Kompetisi ketat

Ada persaingan ketat antara Obama dan Clinton meski pada dasarnya kedua model kepemimpinan sama-sama bersifat populis serta diarahkan ke warga kelas menengah dan rencana mengatasi kemiskinan. Secara spesifik Clinton menggarisbawahi perbedaan antara solusi vs retorik (solutions division vs promises division) dengan menerbitkan pamflet solusi ekonomi. Obama sebaliknya menonjolkan pentingnya inspirasi saat dukungan media AS pada dirinya menguat.

Obama memenangi prapemilihan Wisconsin dengan dukungan kalangan perempuan, kelas pekerja, seperempat dari kelompok independen. Di saat itu ada 15 persen pemilih yang baru untuk pertama kalinya memilih. Momentum kemenangan prapemilihan Wisconsin adalah yang ke sembilan bagi Obama dalam kurun waktu tiga minggu, dan hampir pasti berlanjut dalam kaukus Hawaii, akan berimbas ke prapemilihan di Texas dan Ohio.

Namun, ke depan, yang akan mengubah secara drastis posisi para kandidat adalah pemulihan kedudukan delegasi Florida dan Michigan yang kena sangsi, tetapi prapemilihannya dimenangi Clinton. Superdelegates yang terlibat proses nominasi juga akan menjadi swing votes yang menentukan. Kalau Obama dan Clinton berakhir seri, Partai Demokrat akan terpecah dan para tokohnya perlu berkompromi.

Sebagai sebuah caveat, penting dicatat, perubahan apa pun di AS tetap mengandung kerawanan bagi bangsa lain yang akan dipengaruhi karena AS yang mengubah kebijakannya itu adalah super power yang kedudukan masyarakat sipilnya tetap lemah di tingkat federal, yang secara terus- menerus dipengaruhi berbagai kelompok kepentingannya.

Suzie S Sudarman Ketua Pusat Kajian Wilayah Amerika Universitas Indonesia

No comments: