Tuesday, February 12, 2008

Posisi Etnis China Tidak Jelas



Penang, Senin - Mayoritas etnis China mempertanyakan posisi dan nasib mereka pascapemilu Malaysia bulan depan. Presiden Kamar Dagang China di Penang Khor Teng Tong, Senin (11/2), mengeluhkan keengganan perusahaan yang terkait dengan pemerintah atau government-linked companies untuk berbisnis dengan etnis non-Melayu.

Khor Teng Tong pemimpin kamar dagang yang telah berusia 103 tahun itu mengaku, government-linked companies (GLCs) yang dikuasai etnis Melayu sengaja ”menutup pintu bisnis” dengan China di Penang, satu-satunya negara bagian di mana etnis China menjadi mayoritas. ”Kami tak bisa berbisnis dengan GLCs karena mereka lebih memilih rekan etnis Melayu,” kata Khor Teng Tong.

Selain itu, Khor Teng Tong juga mengatakan, para pengusaha China Penang mengkhawatirkan terjadinya kenaikan harga dan lambatnya laju perekonomian. Kondisi ini dipastikan bisa mempermalukan koalisi partai Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi ketika pemilu. ”Di masa lalu, dukungan untuk pemerintah sekitar 55-60 persen, tapi untuk saat ini bisa meraih 45 persen saja sudah bagus. Pemerintah harus bekerja keras,” katanya.

Selain etnis China, etnis India juga mengeluh adanya perlakuan berbeda yang mereka terima dari pemerintah yang didominasi etnis Melayu. Situasi rasial ini akan menghiasi masa-masa kampanye pemilu. Wakil PM Najib Razak pekan lalu menyatakan, situasi ketegangan akibat isu rasial itu diyakini akan mengurangi dukungan pada koalisi Badawi.

Meski demikian, banyak pihak memperkirakan koalisi pemerintah akan kembali memenangi pemilu. Hanya saja, jumlah dukungan akan menurun. Apalagi, mengingat pascakerusuhan Malaysia yang paling parah tahun 1969 saat ratusan orang tewas. Setelah itu pemerintah memberlakukan kebijakan yang ”lebih berpihak” pada etnis Melayu di sektor dagang, pendidikan, dan pekerjaan.

Namun, demi memperoleh dukungan dari etnis China, pemerintah akhir-akhir ini memberi perhatian lebih banyak pada China. Salah satunya, memberi ”iming-iming” prapemilu, seperti memberi bantuan uang membangun sekolah China.

Protes melalui pemilu

Partai oposisi China diyakini akan dapat mendorong pemerintah untuk tidak lagi terlalu membela dan berpihak pada etnis Melayu. Meski ”kalah dalam jumlah”, etnis China diyakini akan dapat memengaruhi pemilu. ”Menurut pandangan saya, di Penang akan terjadi ’gerakan antipartai berkuasa’,” kata Sekretaris Jenderal di salah satu partai anggota partai koalisi pemerintah, yakni Partai Gerakan, Chia Kwang Chye.

Ketua Partai Aksi Demokrat— salah satu partai oposisi China— Chow Kon Yeow mengatakan, satu-satunya pihak yang mengambil keuntungan pada situasi saat ini adalah Partai Aksi Demokrat. ”Penang jelas akan memimpin gerakan protes pemilu ini,” kata Chow yang berharap akan dapat memenangi 7 dari 13 kursi parlemen di Penang.

Mantan anggota Partai Gerakan, Toh Kin Woon, mengatakan, satu-satunya keuntungan bagi pihak partai berkuasa adalah aliansi oposisi saat ini masih belum bisa kompak dalam menyatukan langkah bersama-sama.

Dari proses pemilu disebutkan, kelompok hak asasi manusia Malaysia menyatakan pemilu sebenarnya sudah curang, yakni dengan adanya ’pembelian suara’, penggunaan dana masyarakat oleh partai berkuasa, dan pengendalian media. (REUTERS/LUK)

 

No comments: