Friday, February 15, 2008

Pemilu Ditetapkan 8 Maret 2008


Jumat, 15 Februari 2008 | 03:00 WIB

Kuala Lumpur, Kamis - Sesuai dengan rencana pemerintah, Komite Pemilu Malaysia memutuskan melaksanakan pemilu pada tanggal 8 Maret mendatang. ”Kampanye mulai digelar tanggal 24 Februari dan pemilu 8 Maret. Itu keputusan akhir,” kata Ketua Komite Pemilu Abdul Rashid Abdul Rahman, Kamis (14/2).

Keputusan pemilu yang dipercepat diumumkan sehari setelah Perdana Menteri Abdullah Ahmad Badawi memutuskan membubarkan parlemen. Jika dilihat dari jadwal pemilu, berarti hanya ada 13 hari untuk kampanye. Menurut aturan pemilu di Malaysia, partai politik baru boleh berkampanye setelah pemilihan kandidat atau nomine.

Abdul Rashid menegaskan, hal itu sudah biasa di Malaysia. Apalagi setelah 40 tahun lalu pernah terjadi kerusuhan saat kampanye sehingga akhirnya menewaskan ratusan orang. Sejak itu masa kampanye tidak pernah berlaku lama. ”Kami hanya menginginkan agar pemilu dapat berlangsung jujur dan adil,” ujarnya.

Merugikan oposisi

Partai-partai oposisi menyatakan, periode kampanye yang pendek itu memenuhi keinginan dari koalisi Barisan Nasional yang sudah berkuasa sejak tahun 1957. Oposisi mengeluh tak bisa meraih para pemilih karena waktu kampanye yang pendek. Apalagi posisi berbagai media yang pro- pemerintah makin menyulitkan kubu oposisi untuk mengiklankan diri dan mewartakan rencana dan tema kampanye.

Ketua Partai Keadilan Anwar Ibrahim menyatakan, PM Abdullah sengaja mempercepat pemilu supaya dirinya tidak bisa ikut mencalonkan diri. Akibat tuduhan kasus korupsi dan sodomi, Anwar tidak boleh mencalonkan diri untuk posisi di pemerintahan. Abdullah, kata Anwar, sengaja mempercepat pemilu setelah dukungan rakyat menurun.

”Malaysia sedang banyak masalah. Kenaikan harga, kejahatan yang meningkat, korupsi meluas, dan ketegangan etnis meningkat. Makin lama Barisan Nasional diam saja, makin banyak kursi yang hilang,” kata Anwar.

Meski diterpa banyak masalah, Wakil PM Najib Razak tetap yakin koalisi akan memperoleh suara mayoritas lebih dari dua pertiga. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

 

No comments: