Islamabad, Jumat - Setelah sepakat membentuk koalisi dengan Partai Liga Muslim Pakistan-N (PML-N) pimpinan mantan Perdana Menteri Nawaz Sharif, kini partai oposisi Partai Rakyat Pakistan (PPP) pimpinan suami mendiang Benazir Bhutto, Asif Ali Zardari, akan menunjuk perdana menteri yang baru, Jumat (22/2).
BBC melaporkan, anggota parlemen dari PPP yang baru terpilih akan bertemu Zardari untuk menentukan calon PM baru. Meski Zardari dianggap tidak memenuhi syarat, ia tetap mempunyai pengaruh yang besar. Dari hasil perolehan suara pemilu, PPP meraih 87 kursi. Dengan kata lain, PPP menguasai sepertiga kursi di parlemen. Sementara PML-N ada di posisi kedua dengan 66 kursi.
Perundingan di antara dua partai itu kemungkinan berlangsung hingga beberapa hari. Namun, menurut anggota senior PPP, Nabeel Gabol, sudah ada nama-nama calon yang muncul, yakni Wakil Ketua PPP Makhdoom Amin Fahim dan Ketua PPP Punjab Shah Mehmood Qureshi.
Zardari dan Sharif tidak dapat dipilih menjadi PM karena tidak memenuhi syarat. Kedua pemimpin itu bukan anggota parlemen. Selain itu, Sharif dilarang duduk di posisi pemerintahan. Sementara Zardari juga tidak boleh karena sebelumnya nama mendiang Benazir Bhutto yang dimasukkan ke dalam daftar nominator PM.
Sebelumnya, PPP sepakat berkoalisi dengan PML-N. Ini dinilai mengancam posisi Presiden Pervez Musharraf yang kalah dalam pemilu parlemen. Namun, bentuk koalisi PPP-PML-N belum secara final disepakati. Zardari mengaku, yang penting kedua partai berjanji tetap bersatu meski banyak hal yang harus diselesaikan di antara kedua partai itu.
Menurut BBC, koalisi PPP dan PML-N kemungkinan besar akan mendesak Musharraf turun dari posisinya sebagai presiden. Meski kedua partai itu sebenarnya tidak memiliki kesamaan ideologi, mereka bersikeras akan bisa bekerja sama mewujudkan pemerintahan baru sipil yang demokratis. Kini kedua partai itu telah menguasai lebih dari separuh kursi parlemen dan jika mereka bisa meraih dua pertiga kursi, Musharraf dipastikan akan bisa dimakzulkan.
”Masa depan demokrasi ada di tangan kita sekarang. Kami akan memperkuat demokrasi dan parlemen. Kami akan bekerja sama untuk Pakistan dan memperkuat Pakistan,” kata Zardari saat jumpa pers bersama dengan Sharif.
Bersedia kerja sama
Untuk memperjelas pernyataan sebelumnya, Musharraf kembali menyatakan bersedia bekerja sama dengan parlemen baru. Hal ini diutarakan melalui tulisan di harian The Washington Post edisi Jumat. Musharraf mengingatkan, Pakistan masih tetap membutuhkan dukungan dari AS, terutama untuk melawan terorisme, membentuk pemerintah yang stabil, dan menciptakan landasan untuk perkembangan ekonomi.
Dalam artikelnya itu, Musharraf menekankan berulang kali pentingnya peran AS dalam transisi dari pemerintahan militer ke pemerintahan sipil. ”Kesuksesan ini tetap membutuhkan dukungan AS. Saya akan terus mengingatkan AS bahwa membangun demokrasi itu sulit,” ujarnya.
Ledakan bom lagi
Baru saja situasi keamanan di Pakistan tenang, ledakan bom lagi-lagi mengguncang. Sedikitnya 13 orang tewas dan puluhan terluka ketika terjadi ledakan bom di konvoi kendaraan sebuah pesta pernikahan di Mingora, kota utama di daerah Swat Valley. Insiden ini merupakan ledakan bom yang pertama di Pakistan sejak pemilu parlemen, Senin, yang berlangsung aman. Di Swat Valley ratusan tentara tewas akibat pertikaian dan ledakan bom. (REUTERS/AFP/AP/LUK)
No comments:
Post a Comment