Thursday, February 21, 2008

Cara Castro Akhiri Kekuasaan


Spekulasi tentang bagaimana Presiden Kuba Fidel Castro mengakhiri kekuasaan yang dipegangnya sejak tahun 1949 terjawab sudah pekan ini.

Castro ternyata melepaskan kekuasaan dengan memilih mengundurkan diri, bukan menunggu sampai menutup mata. Selama ini muncul perkiraan, Castro ingin memegang kekuasaan seumur hidup, atau dijatuhkan oleh kekuatan rakyat.

Hari Selasa 19 Februari lalu Castro mengundurkan diri di tengah kondisi kesehatan yang menurun pada usia 81 tahun. Tidak banyak orang terkejut atas pengunduran diri Castro, yang memang sudah sakit-sakitan dan praktis tidak menjalankan pemerintahan selama 18 bulan terakhir setelah menjalani operasi perut.

Sudah diperkirakan juga, Raul Castro (76), adiknya yang selama ini menjabat menteri pertahanan, dipilih sebagai pengganti. Selama 18 bulan terakhir, Raul praktis yang menjalankan kekuasaan.

Namun, di luar perkiraan, pengunduran diri Castro tidak menimbulkan guncangan. Padahal bertahun-tahun muncul dugaan, terutama di kalangan lawan politik yang mendapat angin dari Amerika Serikat, pengunduran diri atau kematian Castro akan mendorong rakyat turun ke jalan, menuntut reformasi politik dan ekonomi.

Pengunduran diri Castro telah mengakhiri sebuah era kepemimpinan yang berpijak pada ideologi komunisme yang menekankan sentralisasi dan totalisasi politik dan ekonomi. Tidak ada lagi sosok ideologis sekaliber Castro yang mampu melakukan retorika permusuhan dengan negara besar AS.

Perlu dikemukakan, nama besar Castro antara lain dibangun oleh keberaniannya untuk terus-menerus menantang AS, terutama di era Perang Dingin. Secara tidak langsung pula media AS ikut membesar-besarkan Castro dengan memberikan tempat luas pada pemberitaan.

Sosok Castro mendapat sorotan masyarakat global oleh sensasi atas pemberian izin kepada sekutunya, Uni Soviet, untuk memasang rudal nuklir di sekitar Teluk Babi, Kuba, sekitar 144 kilometer dari Florida, AS.

Rencana pemasangan rudal yang diarahkan ke AS, yang lebih dikenal dengan Krisis Rudal Kuba itu, menimbulkan ketegangan besar antara AS dan Uni Soviet. Bahaya perang Blok Barat dan Blok Timur terhindarkan karena Uni Soviet terpaksa membatalkan rencana pemasangan rudal setelah ditantang keras oleh Presiden AS John F Kennedy.

Setelah pengunduran diri Castro, hubungan permusuhan kedua negara tetangga itu diperkirakan akan mengalami arus balik ke arah kerja sama yang lebih bersahabat dan saling menguntungkan.

No comments: