Tuesday, February 12, 2008

Penembakan Horta Dikecam

Penembakan Horta Dikecam

Jakarta, Senin - Dunia mengecam keras serangan terhadap Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta dan Perdana Menteri Xanana Gusmao. Serangan pemberontak itu menunjukkan situasi keamanan di Timor Leste masih rawan.

Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda mengatakan, Pemerintah Indonesia menyatakan prihatin atas penyerangan kelompok bersenjata di kediaman Horta dan Xanana yang menyebabkan Horta menderita luka. ”Hal itu menunjukkan masih ada kerawanan situasi keamanan Presiden dan PM Timor Leste meski ada kehadiran pasukan internasional di sana,” kata Hassan, Senin (11/2) di Jakarta.

Pemerintah Indonesia berharap Horta mendapat perawatan yang baik dan segera pulih seperti semula. Pemerintah Indonesia juga berharap situasi keamanan di Timor Leste pulih.

Hassan mengatakan, tewasnya pemimpin tentara pemberontak, Mayor Alfredo Reinado, diharapkan mampu melemahkan pemberontak dan membuat pengikut-pengikutnya menyerahkan diri. ”Dengan demikian, persoalan gangguan keamanan di Timor Leste bisa segera diatasi,” ujarnya.

Di markas PBB di New York, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengeluarkan pernyataan yang mengecam keras serangan terhadap pemimpin Timor Leste. Ban meminta agar rakyat Timor Leste tetap tenang dan tidak terpancing menggunakan kekerasan.

PM Australia Kevin Rudd sangat prihatin dengan terjadinya serangan yang dikoordinasi untuk membunuh pemimpin yang terpilih secara demokratis. Rudd menyatakan akan mengunjungi Timor Leste dalam pekan ini guna menginspeksi keamanan menyusul permintaan Xanana.

Australia berencana mengirimkan tambahan pasukan ke Timor Leste. Saat ini, terdapat sekitar 800 tentara Australia yang ditempatkan di Timor Leste untuk membantu menjaga keamanan di negara tersebut.

Dari Brussels, Uni Eropa juga mengecam serangan terhadap pemimpin Timor Leste. Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso menyebut serangan itu penghinaan atas demokrasi di Timor Leste.

”Saya lega karena Presiden Ramos Horta selamat dalam serangan brutal terhadap dirinya dan terhadap demokrasi yang masih muda,” kata Barroso. Uni Eropa juga menyatakan solidaritas terhadap rakyat dan Pemerintah Timor Leste.

Terkendali

Sekretaris Jenderal Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Leste (CNRT) Dionisio Babo yang dihubungi per telepon dari Jakarta mengatakan, situasi di Timor Leste masih terkendali. Pasukan keamanan telah disiagakan di berbagai daerah.

Babo mengkritik longgarnya pengamanan pemimpin Timor Leste sehingga memberi kesempatan kepada pemberontak melakukan serangan. ”Memang sempat beredar informasi akan adanya serangan di Dili, tetapi tidak jelas serangan seperti apa,” katanya.

Terjadinya serangan itu, kata Babo, membuktikan lemahnya agen keamanan dalam menjaga stabilitas Timor Leste. Menurut dia, evaluasi keamanan dan restrukturisasi militer sangat diperlukan untuk mengantisipasi insiden serupa di masa depan.

Menurut dia, tindakan kelompok pemberontak itu bukan upaya kudeta. ”Barangkali bisa dikategorikan makar dan tindakan subversif, tetapi tujuannya bukan pemberontakan. Mereka hanya menghendaki agar tuntutan mereka dikabulkan, dan tuntutan itu masih proporsional,” kata Babo.

Pasukan pemberontak pimpinan Reinado menuntut keluarnya pasukan keamanan internasional dari Timor Leste dan memperbolehkan mereka kembali. Pasukan pemberontak itu adalah tentara yang desersi setelah dipecat karena melakukan demonstrasi menentang diskriminasi pemerintah tahun 2006. Reinado juga menuntut PM waktu itu, Mari Alkatiri, untuk mundur.

”Tewasnya Alfredo tidak begitu saja menyelesaikan persoalan. Kemungkinan bisa timbul masalah lain lagi. Pemerintah telah berusaha mengakomodasi tuntutan mereka. Kami hanya ingin persoalan ini diselesaikan secara damai,” ujar Babo. (ap/afp/reuters/fro)

 

No comments: