Saturday, June 2, 2007

Australia
Penindasan Aborigin Terus Berlanjut

CANBERRA, Jumat - Kelompok Aborigin menghadapi kemungkinan dipenjarakan sebanyak 13 kali lebih besar dari kelompok masyarakat lainnya yang tinggal di Australia. Faktor kemiskinan, pengangguran, dan pendidikan buruk adalah penyebab utama di balik semua itu.

Demikian diutarakan dalam hasil sebuah riset yang diumumkan, Jumat (1/6), di Canberra. Riset itu khusus memantau nasib Aborigin yang terus memburuk dan terpinggirkan.

Fakta menunjukkan, aksi pemenjaraan Aborigin meningkat 32 persen periode 2000 hingga 2006.

Jumlah penduduk muda berkulit hitam menghadapi kemungkinan ditahan sebanyak 23 kali lipat setelah berdebat dengan polisi atau setelah proses hukumnya diselesaikan di pengadilan. Artinya, dibandingkan dengan penduduk muda dari kelompok non-hitam lainnya, penduduk kulit hitam menghadapi potensi hukuman lebih tinggi.

"Warga asli sangat mendominasi dalam kasus kriminal, baik untuk kaum muda maupun dewasa," demikian laporan tersebut.

Jumlah Aborigin Australia sekitar 460.000 jiwa, atau sekitar 2 persen dari 20 juta jiwa penduduk Australia.

Secara konsisten, Aborigin merupakan kelompok yang tidak beruntung dari waktu ke waktu. Aborigin mendominasi kelompok pengangguran, daftar pemabuk, penyalahgunaan obat-obatan, dan lebih banyak terlibat kekerasan domestik.

Laporan itu menambahkan, upah untuk kelompok Aborigin telah meningkat dalam sepuluh tahun terakhir dan jumlah pengangguran berkurang setengah pada periode yang sama.

Namun, untuk Aborigin dari kelompok rumah tangga kelas menengah, gaji yang didapatkan secara rata-rata masih setengah dari yang diterima kelompok lainnya di Australia. Tingkat harapan hidup Aborigin juga 17 tahun lebih rendah dari kelompok lain di Australia.

"Jika kita ingin mengurangi kesenjangan itu, kita harus mengatasi persoalan perumahan yang dihuni Aborigin karena dihuni oleh terlalu banyak orang. Dengan mengatasi hal ini, tentu warga muda Aborigin akan memiliki kesempatan lebih baik atas sebuah pekerjaan," kata Jenny Macklin, seorang anggota parlemen dari kelompok oposisi kepada radio lokal.

Pemerintah diskriminatif

Menteri untuk Urusan Penduduk Asli, Mal Brough, mengatakan laporan tersebut menunjukkan pertanda yang membaik. Namun, ia juga menyalahkan badan-badan yang bertugas khusus menangani persoalan Aborigin, yang dibentuk pemerintah dua tahun lalu. Ia juga menyalahkan Aborigin atas berbagai prahara yang dihadapi kelompok tersebut.

Namun, tindakan Pemerintah Australia juga menjadi salah satu penyebab utama. Tidak jarang terjadi bentrok antara Perdana Menteri Australia John Howard dengan para pemimpin Aborigin, yang menuntut akses lebih baik untuk pelayanan kesehatan dan pendidikan.

Pemimpin Aborigin juga menuduh perlakuan buruk yang sudah klasik dari pemimpin kulit putih. Hal itu telah menjadi penyebab utama persoalan yang sudah bagaikan warisan secara turun temurun bagi Aborigin.

Marlene Kong, seorang dokter dari kelompok Aborigin, mengatakan, Aborigin hidup seperti di dunia keempat. Kong menyerukan dunia internasional untuk membantu Aborigin dengan menyerukan perbaikan.

"Ini adalah situasi kritis yang sudah berlangsung dalam 30 tahun terakhir dan perbaikan perlakuan harus dilakukan," kata Kong. (REUTERS/MON)

No comments: