Tuesday, June 26, 2007

Palestina
Pemilihan Umum Merupakan Jalan Keluar


Cairo, Kompas - Pemilu dini untuk memilih parlemen dan presiden harus digelar. Pemilu adalah salah satu jalan keluar dari krisis politik saat ini. Selain itu, Hamas harus meminta maaf kepada rakyat Palestina dan menarik pasukannya dari markas-markas aparat keamanan serta mengembalikan semua barang milik Fatah yang dicuri di Jalur Gaza.

Jika Hamas bersedia melakukan itu semua, Fatah bisa mempertimbangkan menggelar kembali dialog dengan Hamas. Hal itu diutarakan jubir Fatah di Jalur Gaza, Abdel Hakim Awwad, Minggu (24/6) di Cairo.

Ia mengatakan, akhir-akhir ini banyak manuver Hamas yang berisiko. Sangat aneh, Hamas meminta dialog dengan Fatah digelar dengan sponsor Arab. Padahal, bukan Presiden Mahmoud Abbas dan Fatah yang menghentikan dialog. "Hamas yang bertanggung jawab atas terhentinya semua dialog terakhir ini, baik dialog di Cairo maupun di Jalur Gaza," lanjut Awwad.

Ia mengatakan, apa yang terjadi di Jalur Gaza terakhir ini adalah perencanaan kudeta yang sudah dipersiapkan secara matang, yakni aksi kudeta terhadap legalitas Palestina dan sistem politiknya. Dalam aksi kudeta itu, kata Awwad, telah terjadi pembunuhan dan pembantaian yang menewaskan minimal 110 orang dan sekitar 3.000 luka-luka. Juga ada kehancuran aset publik akibat penjarahan.

"Saya ikut serta dalam perundingan terakhir di Jalur Gaza di bawah sponsor delegasi keamanan Mesir. Di perundingan itu Mesir mengajukan solusi untuk mencegah konflik lebih luas antara Fatah dan Hamas. Namun, Hamas telah memukul Mesir dari belakang karena aksi kudeta oleh Hamas yang dilakukan ketika perundingan berlangsung di Cairo dan di Jalur Gaza," ungkap jubir faksi Fatah itu.

Diungkapkan lagi, ketika perundingan berlangsung secara serius, tiba-tiba Hamas menyerang kamp-kamp aparat keamanan dan rumah-rumah pimpinan Fatah, termasuk rumah Yasser Arafat dan Mahmoud Abbas.

Menurut Awwad, tiga hari sebelum meletus konflik, Ismail Haniya dan Presiden Mahmoud Abbas sepakat membentuk komite bersama beranggotakan Hamas-Fatah. "Saya sebagai wakil Fatah dalam komite bersama itu. Saya telah mengajukan sejumlah solusi, termasuk pembentukan pasukan bersama untuk diterjunkan di jalan-jalan raya. Namun, bagi Hamas, perundingan itu hanya sekadar taktik untuk persiapan kudeta," ujar Awwad.

Iran memanfaatkan Hamas

Dilanjutkan, Fatah selalu berusaha berdialog untuk mengatasi perbedaan dengan Hamas dan berusaha menghindar dari konflik langsung. Sebaliknya, Hamas telah tunduk kepada agenda dan didikte pihak asing. Ia menuduh Iran berada di balik aksi Hamas.

Menurut Awwad, Iran telah menggunakan Hamas melawan AS dalam konteks konflik lebih luas di Timteng. Dikatakan, Iran ingin menunjukkan kepada AS dan sekutunya bahwa Iran punya kartu kuat yang tidak bisa diremehkan dan mampu mengancam kepentingan mereka.

"Dari mana Hamas mendapatkan senjata, amunisi, alat komunikasi dan bahan peledak yang digunakan untuk kudeta? Ada uang Iran yang diselundupkan lewat laut dan terowongan bawah tanah melalui Mesir ke Jalur Gaza," kata Awwad. Rakyat Palestina harus membayar mahal karena Hamas mau dipermainkan dan dipengaruhi Iran.

Fatah pecah

Awwad mengakui, kelemahan faksi Fatah di Jalur Gaza akibat perpecahan di tubuh Fatah. Ada kubu Muhammad Dahlan, kubu Ahmad Hallas, dan lain-lain. Menurut jubir Fatah itu, perpecahan itulah yang mendorong Hamas mengambil alih kekuasaan di Jalur Gaza.

"Pelajaran kasus Jalur Gaza itu, Fatah harus bersatu dan mengesampingkan perbedaan sehingga tidak kehilangan peran di tempat lain," tutur Awwad. Ia juga mengungkapkan, Presiden Abbas dan Faksi Fatah sangat kecewa dengan penampilan perwira dan prajurit aparat keamanan yang begitu cepat takluk kepada Hamas.

Presiden Abbas telah membentuk tim penyidik yang dipimpin Tayyib Abdurrahim untuk menyelidiki kekalahan Fatah di Jalur Gaza. "Tim itu telah memberi rekomendasi kepada Presiden Abbas untuk memecat sejumlah perwira keamanan, termasuk kepala keamanan preventif di Jalur Gaza, Rashid Abu Sabak, yang telah dipecat pekan lalu. Abbas menurunkan pangkat Khaled Sulaiman dari kolonel menjadi prajurit biasa karena ia menyerah kepada Hamas tanpa melawan," kata Awwad. (MTH)

No comments: