Friday, June 29, 2007

Hiburan dan Wisata
Delapan Tahun Makau di Tangan China

AHMAD ARIF

Delapan tahun silam, ketika Makau baru saja dikembalikan Portugal ke tangan China dengan status daerah administrasi khusus, banyak yang meragukan: Makau bisa apa? Apalagi, saat itu, Makau dikenal sebagai pusat gangster Triad yang melegenda. Namun, Makau benar-benar telah berubah menjadi kekuatan baru di kawasan Asia selain Hongkong.

Tak hanya bangkit dari keterpurukan akibat pertumbuhan ekonomi yang minus selama periode 1996-1999, dalam delapan tahun terakhir Makau melompat sangat cepat. Pertumbuhan ekonomi Makau mencapai 15-20 persen per tahun, terbesar dalam sejarah kota, yang pernah dikuasai Portugal selama 442 tahun dan dikembalikan ke China pada tahun 1999 ini.

"Sejak kembali ke China, ekonomi Makau berkembang secara mantap. Pemerintah daerah khusus Makau menetapkan garis pengembangan ekonomi dengan memprioritaskan industri perjudian, jasa, dan pariwisata," kata Tse Heng Sai, Kepala Departemen Promosi dan Pemasaran, Kantor Pariwisata Pemerintah Makau, kepada sejumlah wartawan Indonesia yang diundang oleh VIVA Macau, pertengahan Mei lalu.

Jika Hongkong didesain sebagai pusat bisnis, Makau diarahkan menjadi pusat hiburan dan wisata. Pemerintah pusat Tiongkok yang menerapkan prinsip satu negara dua sistem terus menggulirkan kebijakan yang menguntungkan perkembangan ekonomi Makau. Pemanjaan terhadap Makau dan Hongkong sengaja dilakukan untuk menggaet Taiwan agar kembali ke China.

Sejak akhir Juli 2003, sejumlah provinsi di daratan China berturut-turut membuka pariwisata perseorangan ke Hongkong dan Makau sehingga jumlah wisatawan ke Makau bertambah dengan nyata. Bulan Oktober 2004, pemerintah pusat menandatangani pengaturan kemitraan ekonomi lebih erat antara daratan Tiongkok dan Makau. Hal ini telah membuka lebar pintu masuk produk dan jasa Makau ke pasar daratan Tiongkok, demikian pun sebaliknya.

Makau pun dijadikan satu paket perjalanan dengan Hongkong dalam promosi wisata. Dengan kapal cepat, waktu tempuh dari Hongkong ke Makau yang hanya satu jam membuat Makau ikut menikmati imbas popularitas daerah otonom tetangganya yang lebih dulu berkembang.

Sistem ekonomi Makau yang memiliki ciri terbuka dan luwes menyebabkan barang, modal, dan orang bebas masuk dan keluar. Pemerintah pusat China telah menyiapkan Makau untuk menjaring pasar dan investasi dari negara-negara berbahasa Portugal yang berpenduduk lebih dari 200 juta orang serta kawasan Uni Eropa, dan Amerika. Espektasi itu sepertinya mulai berhasil.

Jaminan keamanan

Selain mempermudah aturan investasi, salah satunya dengan tiadanya pungutan pajak (0 persen) untuk penjualan properti, kunci dari pesatnya pertumbuhan Makau, menurut Tse Heng Sai, adalah pemberantasan kriminalitas yang menjadi momok Makau selama dipegang Portugal. "Makau sekarang kota yang aman, dan terbuka lebar untuk segala jenis investasi," sebut Tse.

Menyusuri jalanan Makau siang dan malam, memang tak lagi diliputi rasa cemas. "Dulu jarang orang berani keluar setelah malam. Gangster berkuasa. Setelah tahun 1999, banyak anggota geng dan penjahat ditembak di tempat. Sejak itu suasana kota menjadi aman," kata Ester Lao (58), taipan yang lahir di Rantau Prapat, Sumatera Utara, dan telah tinggal di Makau sejak tahun 1960-an.

Tak hanya perubahan keamanan, kemajuan ekonomi juga dirasakan tumbuh pesat. Menurut Lei Wa Kok (43), pemandu wisata di Makau, dulu hanya orang-orang Portugal dan orang-orang yang mau menyuap saja yang berjaya.

Saat ini sebagian besar warga Makau bekerja di sektor perjudian. "Kerja di meja kasino sebagai pelayan, paling rendah digaji 13.000 MOP atau setara dengan 1.625 dollar AS. Dulu, mencari kerja dengan gaji 500 MOP per bulan saja susah," tutur Lei.

Bertumpu pada judi

Jika kejahatan gangster yang menjadi ciri khas Makau lenyap, tidak demikian dengan dunia judi dan hiburannya. Kasino semakin berjaya sebagai tulang punggung pertumbuhan Makau.

Industri judi pun kemudian mendatangkan keuntungan di sektor industri perhotelan, restoran, dan pariwisata yang menyerap banyak tenaga kerja. Hampir semua hotel bintang empat dan lima di Makau dilengkapi kasino.

Kasino dan perhotelan bermunculan bagai cendawan di musim hujan setelah liberalisasi judi diberlakukan tahun 2001. Semasa masih dipegang Portugal, hanya Stanley Ho dengan Sociedade de Jogos de Makao (SJM)-nya yang memonopoli judi di Makau.

Untuk mendorong persaingan di sektor perjudian, pemerintah daerah khusus Makau pada tahun 2001 memutuskan untuk mematahkan sistem monopoli industri perjudian dengan menerbitkan lagi dua izin usaha perjudian.

Hal ini telah membawa hasil positif. Industri perjudian Makau pada tahun 2004 memperoleh penghasilan 2,5 miliar dollar AS, dan jumlah tamu yang berkunjung ke Makau di atas 10 juta orang selama empat tahun berturut-turut. Pada tahun 2006, penghasilan Makau dari judi mencapai 6,95 miliar dollar AS (atau sekitar 70 persen dari pendapatan Makau), dan disebut-sebut telah melampaui Las Vegas, AS.

Wisatawan dari China yang berkunjung ke Makau berada di peringkat tertinggi, dengan jumlah 11,9 juta orang pada tahun 2006, disusul Hongkong 6,9 juta orang, Taiwan 1,4 juta orang, Jepang 220.000 orang, dan Malaysia 202.000 orang. Adapun pelancong dari Indonesia, walaupun tidak masuk dalam 10 besar, terus menunjukkan peningkatan. Jika tahun 2005 mencapai 46.000 orang, pada tahun 2006 pelancong Indonesia mencapai 68.000 orang.

Liberalisasi industri judi ini juga mendatangkan para pengelola rumah judi kelas kakap yang selama ini hanya berkutat di Las Vegas. Mereka melebarkan usaha ke Makau dengan nilai investasi yang fantastis. Pemilik Las Vegas Sands Corp, Sheldon Adelson, misalnya, sudah mengucurkan investasi lebih dari 2,3 miliar dollar AS dan Wynn Resorts milik miliarder Steve Wynn senilai 1 miliar dollar AS.

Menurut data Kantor Pariwisata Pemerintah Makau, selama 10 tahun ke depan terdapat 60 hotel baru yang akan dibangun dan 66 hotel yang menambah luas bangunan di Makau. Dengan demikian, dalam 10 tahun ke depan, akan terjadi penambahan jumlah kamar hotel di Makau sebesar 42.319 unit. Jadilah Makau tumbuh sangat cepat, melampaui kemampuan ruang kota yang tersedia

No comments: