Gaza City, Rabu - Untuk pertama kalinya sejak Jalur Gaza dikuasai Hamas pekan lalu, pasukan Israel melancarkan serangan darat dan udara secara besar-besaran ke Jalur Gaza, Rabu (20/6). Sedikitnya empat warga Palestina tewas dalam serangan tersebut. Operasi militer itu dilakukan untuk melemahkan kekuatan Hamas yang kini terpojok.
Israel melancarkan serangan udara ke sebuah tempat peluncuran roket milik pejuang Palestina di sebelah utara Gaza. Hal itu dilakukan setelah pejuang Palestina menembakkan sebuah roket ke wilayah selatan Israel.
Pada hari yang sama, Israel menyerang Gaza melalui darat. Sempat terjadi baku tembak di dekat penyeberangan Kissufim. Akibat peristiwa itu, empat pejuang Palestina tewas. Para korban terdiri atas dua anggota sayap bersenjata Hamas, yakni Brigade Izzedine al-Qassam, satu anggota Jihad Islam, dan satu anggota Komite Perlawanan Popular.
Hamas dan Jihad Islam mengatakan, para pejuangnya menembakkan senjata dan melontarkan granat ke arah pasukan Israel yang masuk ke dalam wilayah Gaza.
Juru bicara militer Israel mengatakan, serangan ke Gaza merupakan bagian dari operasi rutin untuk mengalahkan musuh dan mengejar anggota militan Palestina yang dicari-cari Israel. Pasukan Israel yang didukung kendaraan lapis baja dan tank mulai memasuki wilayah Gaza satu atau dua hari lalu.
Di Tepi Barat, pasukan khusus Israel menembak mati dua pejuang Palestina yang mereka buru. Kedua pejuang Palestina itu adalah Ziad Malaysheh (25) dari Jihad Islam dan Ibrahim Abed (25) dari kelompok yang berkaitan dengan Fatah.
Israel mengaku telah menahan 15 orang yang dicari pada tengah malam selama operasi di seluruh Tepi Barat.
Politisasi bantuan
Israel dan sekutu dekatnya, Amerika Serikat, berupaya terus melemahkan Hamas dan pada saat yang bersamaan memperkuat pemerintahan baru bentukan Presiden Mahmoud Abbas. Dalam pertemuan di Washington, AS, Selasa, Presiden George Walker Bush dan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menegaskan dukungan terhadap Abbas.
Bush berharap Abbas dan PM pemerintahan darurat Palestina yang ditunjuk Abbas, Salam Fayyad, akan memimpin Palestina ke sebuah arah yang berbeda. Pernyataan senada disampaikan oleh Olmert.
"Saya ingin memperkuat pihak moderat dan kooperatif," katanya. Olmert juga berjanji akan mencairkan dana pajak milik bangsa Palestina yang mereka tahan. Nilai dana pajak tersebut mencapai ratusan juta dollar AS.
Negara-negara Uni Eropa juga telah sepakat untuk mengucurkan kembali bantuan langsung ke pemerintahan darurat bentukan Abbas.
Sikap Barat langsung dikritik Hamas. Pejabat Hamas menuduh Barat telah memolitisasi dana bantuan untuk rakyat Palestina. "Dengan mengumumkan dukungan politik dan keuangan mereka terhadap Otoritas Palestina, Barat sedang mendukung sebuah pemerintahan yang tidak memiliki legitimasi," ujar juru bicara Hamas, Zami Abu Zuhri.
Langkah Barat itu, lanjut Abu Zuhri, merupakan sebuah upaya memanipulasi rakyat Palestina dan menjauhkan mereka dari Hamas. Abu Zuhri menilai bahwa strategi Barat itu tidak akan berjalan di Palestina.
Perkuat posisi
Abbas tampaknya tidak peduli dengan penilaian Hamas yang mengatakan pemerintahannya tidak sah. Sejauh ini Abbas berupaya untuk terus memperkuat posisinya serta memperluas dukungan Barat dan Israel.
Hari Rabu, Abbas memanggil Dewan Komite Pusat PLO. Abbas ingin anggota PLO yang berjumlah 129 orang menggantikan fungsi parlemen Palestina yang didominasi Hamas. Pengamat mengatakan, dengan cara ini Abbas berharap dapat mempertahankan pemerintahan darurat yang dia bentuk.
Sebagai catatan, pemerintahan baru bentukan Abbas seharusnya mendapat pengesahan parlemen. Namun, itu tidak mungkin diperoleh Abbas karena parlemen Palestina didominasi anggota Hamas.
Para pejabat Palestina mengatakan, Dewan PLO diharapkan akan memberikan dukungan kepada pemerintahan darurat saat lembaga itu bersidang di Ramallah. (AP/AFP/REUTERS/BSW)
No comments:
Post a Comment