Saturday, June 30, 2007

Pertarungan Xanana Versus Alkatiri

Florencio M Vieira

Dua mantan aliansi saat berjuang untuk kemerdekaan Timor Leste—Xanana Gusmao dan Alkatiri—hari Sabtu (30/6/2007) ini bersaing untuk memenangi pemilu parlemen, sekaligus menjadi Perdana Menteri Timor Leste.

Alkatiri, Sekjen Partai Fretilin yang memerintah sejak kemerdekaan 2002, menantang Xanana Gusmao dengan partai barunya, Kongres Nasional untuk Rekonstruksi Timor Leste (CNRT). Mantan Presiden dan mantan Perdana Menteri (PM) Timor Leste itu telah berupaya keras agar memenangi pertarungan paling bergengsi dalam karier politik mereka.

Pertaruhan citra personal dan ideologi

Pada pemilu pilpres pertama tahun 2001, Xanana memenangi secara mutlak 70 persen dan menjadi presiden pertama negara termiskin itu. Sedangkan Fretilin memenangi pemilu parlemen pertama secara mutlak (57,4 persen), membawa Alkatiri menjadi PM.

Apakah personal figure Xanana yang identik dengan pejuang dan bapak bangsa Timor Leste masih melekat dengan dirinya untuk memenangi secara mutlak pemilu parlemen? Sedangkan rival utama Xanana, Alkatiri, apakah masih dipercaya rakyat untuk memerintah pada periode berikutnya?

Pertaruhan citra personal lebih menentukan dalam konteks pemilu parlemen kali ini daripada platform partai. Tidak ada satu partai pun yang menawarkan solusi yang konkret terhadap banyaknya permasalahan dalam negeri Timor Leste.

Dampak kekerasan pada tahun 2006 masih belum diselesaikan. Meski secara umum pemilihan presiden dan parlemen kali ini berjalan aman, tetapi penembakan terhadap pengawal Xanana pada 3 Juni 2007 di Viqueque, mengindikasikan masih adanya peluang terjadi kekerasan di masa mendatang.

Saling menuduh

Untuk memengaruhi pemilih, kedua kandidat saling menuduh. Menjelang akhir kampanye, Alkatiri menuduh Gusmao sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas kekerasan.

Xanana dituduh sebagai dalang kerusuhan Mei tahun 2006 yang mengakibatkan 37 orang tewas tertembak, 130.000 orang mengungsi (internal displaced persons), 30.000 orang masih menghuni kamp-kamp pengungsian, dan ratusan tentara serta polisi kini bergerilya di hutan dan pegunungan Timor Leste bagian barat.

Xanana dituduh selalu berusaha agar setiap orang tetap di bawah kontrolnya dan memecah belah rakyat agar tidak memberi peluang kepada pemimpin lain. "Persatuan bagi Xanana adalah setiap orang berada di bawah komandonya. Bila tidak berhasil, dia akan memecah belah setiap orang dan berusaha untuk berkuasa," kata Alkatiri yang disiarkan Voice of America (VOA), 26 Juni 2007.

Sementara itu, Xanana menuduh Partai Fretilin di bawah PM Alkatiri gagal memberantas kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Platform Partai Fretilin yang antiglobalisasi dan cenderung berhaluan kiri—komunis—menghalangi investasi asing sehingga berdampak pada pengangguran yang tinggi.

Di balik tuduhan kedua pihak, sebenarnya yang terjadi adalah pertarungan ideologi antara proglobalisasi atau kapitalisme, yaitu Xanana dan Horta yang lebih pro- Barat versus antiglobalisasi yang identik dengan antiimperialisme/ kapitalisme yang diwakili Alkatiri dan kelompok Maputo. Alkatiri berafiliasi ke Kuba.

Kecenderungan koalisi

Para analis meramalkan bahwa keempat partai tidak akan memenangi pemilu secara mutlak. Dari 65 kursi yang dialokasikan di parlemen, hanya bisa dimenangi oleh koalisi yang diperkirakan akan terbentuk dan pemimpin koalisi sekaligus akan menjadi perdana menteri.

Fretilin dan CNRT adalah partai yang paling kuat bersaing dan diikuti Partai Demokrat. Fretilin diperkirakan tidak akan mengulangi kemenangan mutlak yang diraihnya pada pemilu tahun 2002 dengan mayoritas 55 kursi (57,4 persen) dari 88 kursi parlemen yang tersedia waktu itu.

Kali ini kursi parlemen yang diperebutkan adalah 66 kursi dan dibutuhkan 33 kursi untuk menjadi mayoritas di parlemen, sekaligus menjadi PM baru.

Fretilin diperkirakan meraih 30-31 persen, sedangkan CNRT sekitar 20-25 persen, disusul Partai Demokrat 14-18 persen. Sisanya akan diperebutkan 11 partai kecil, termasuk golongan putih.

Perkiraan ini berdasarkan hasil putaran pertama pemilu presiden bulan lalu, di mana Fretilin mendapat 27 persen dan Ramos Horta yang didukung Xanana meraih 24 persen, disusul Fernando Lasama dari Partai Demokrat sekitar 14 persen dari sekitar 520.000 pemilih yang terdaftar untuk mengikuti pemilu.

Putaran kedua pilpres di mana Horta memenangi 69 persen dan Fransciso Luolo 31 persen belum bisa dijadikan patokan karena para pemilih yang calonnya tidak masuk dalam putaran kedua pilpres kembali ke basis partai masing-masing.

Bentuk koalisi

Begitu riuhnya partai yang ada kini, diperkirakan koalisi akan menjadi cara strategis untuk memenangi pemilu kali ini. CNRT diperkirakan akan berkoalisi dengan Partai Demokrat pimpinan Fernando Lasama bersama partai kecil lain untuk menghalangi Alkatiri menjadi PM.

Namun, pengalaman membuktikan bahwa meski koalisi terbentuk di parlemen, tidak menjamin adanya stabilitas politik walau di bawah pimpinan Xanana yang karismatik menurut beberapa kalangan.

Palestina dan Lebanon menjadi salah satu contoh bagaimana labilnya sebuah koalisi. Siapa pun yang menjadi PM, perbedaan ideologi dan masalah etik antara Timor Lorosae dan Timor Loro Monu yang sudah identik dengan basis partai menjadi tantangan terbesar.

Fretilin berbasis di Timor Lorosae dan non-Fretilin berbasis di Loro Monu. Pemberontakan Alfredo Reinaldo yang masuk dalam perangkap Xanana dan Horta sehingga mengakhiri Alkatiri di penghujung kekuasaannya masih menjadi kerikil baru bagi Timor Leste setelah lepas dari Indonesia tahun 1999.

Tantangan lain adalah good governance, di mana dibutuhkan sistem dan personalia penyelenggaraan pemerintahan untuk menghindari salah kelola, masih memerlukan waktu panjang.

Nilai-nilai demokrasi hanya dapat diwujudkan melalui proses pendidikan yang juga panjang sehingga pilihan rasional adalah mutlak dan bukan hanya pilihan emosional berdasar personal figure.

Florencio M Vieira Pemerhati Timor Timur

No comments: