Wednesday, June 20, 2007



Fatah Bekukan Kontak Hamas

Abbas: Inilah Saat Tepat Berdialog dengan Israel

Ramallah, Selasa - Komite Sentral Fatah yang terdiri dari para pemimpin Fatah memutus semua kontak dalam bentuk apa pun dengan Hamas. Kontak baru akan dilakukan jika Hamas mengakhiri apa yang disebut oleh Fatah sebagai kudeta militer di Gaza. Tindakan ini dilakukan untuk mengisolasi Hamas.

Keputusan ini diambil Komite Sentral Fatah dalam sebuah pertemuan di Ramallah, Selasa (19/6). Salah seorang peserta pertemuan itu, Azzam al-Ahmed, mengatakan, Fatah tidak akan memiliki hubungan dengan Hamas di semua tingkatan.

"Komite Sentral Fatah memutuskan hari ini untuk tidak mengadakan kontak, dialog, atau pertemuan dengan Hamas kecuali jika Hamas mengakhiri kudetanya di Gaza dan memulihkan situasi," tambah Al-Ahmed.

Sebelumnya, Presiden Palestina dari kubu Fatah Mahmoud Abbas berupaya melemahkan kekuatan Hamas dengan mengeluarkan dekrit yang menyatakan Pasukan Eksekutif Hamas sebagai organisasi terlarang.

Perdana Menteri Pemerintahan Koalisi dari Hamas Ismail Haniya, Selasa, menolak dekrit Abbas. Dia menegaskan bahwa pemerintahan Palestina yang sah masih dipimpin oleh Hamas.

Hamas juga mendapat tekanan hebat dari Israel dan negara-negara Barat. Israel memperkuat isolasinya atas Gaza dengan memblok aliran barang ke kawasan itu. Israel juga menutup semua akses keluar-masuk Gaza. Tank-tank tentara Israel, Selasa, mulai masuk ke wilayah utara Gaza dengan alasan melindungi penyeberangan Erez.

Pada saat yang sama, Israel dan negara-negara Barat bahu membahu memperkuat posisi pemerintahan bentukan Abbas. AS dan Uni Eropa mencabut embargo bantuan yang telah diberlakukan 15 bulan dan memulihkan hubungan dengan Palestina. Dengan demikian, bantuan langsung senilai ratusan juta dollar AS akan segera masuk ke pemerintahan Abbas. Embargo terhadap Hamas tetap dilakukan.

Saatnya berdialog

Dari Ramallah, Abbas dilaporkan mengadakan kontak telepon dengan Presiden AS George Walker Bush. Dalam percakapan itu, Bush menjamin dukungan kepada Abbas.

Mereka juga membicarakan kelanjutan perundingan damai dengan Israel. "Presiden Abbas mengatakan kepada Bush bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk melanjutkan perundingan politik dan menghidupkan kembali harapan rakyat Palestina," kata juru bicara Abbas, Nabil Abu Rdeneh.

Di Washington, AS, Bush diagendakan bertemu dengan PM Israel Ehud Olmert, Selasa waktu setempat. Keduanya membicarakan beberapa jalan untuk menghidupkan lagi perundingan damai. Mereka juga membicarakan beberapa metode untuk memperkuat pemerintahan bentukan Abbas.

"Bush dan Olmert ingin mengambil kesempatan yang muncul setelah beberapa kejadian di wilayah Palestina," kata seorang pejabat senior Israel.

Jangan bergantung

Dari Jakarta, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Muzadi mengingatkan Pemerintah Palestina agar tidak terus bergantung pada bantuan dana asing untuk menjaga keberlangsungan negaranya. Jika tidak, perjuangan rakyat Palestina akan terus menghasilkan ironi karena uang yang mereka gunakan untuk menggerakkan negara diperoleh dari Israel yang dilawannya.

Hasyim menilai uang dana bantuan dari Israel dan Barat itu juga dipakai sebagai alat untuk memecah belah bangsa Palestina. "Barat dan Israel akan memberikan uang itu kalau Hamas mau mengakui Israel," katanya.

Hasyim meminta konflik antarsaudara di Palestina segera diakhiri. Pasalnya, konflik akan dimanfaatkan pihak asing untuk terus memecah belah Palestina.

(AP/AFP/MZW/BSW)

No comments: