Tajuk Rencana
Petaka Korupsi Birokrasi Afrika
Praktik korupsi di kalangan pejabat Afrika tidak hanya atas dana yang berasal dari dalam negeri, tetapi juga uang yang berasal dari utang luar negeri.
Sistem birokrasi yang korup membuat kebanyakan negara Afrika tertinggal jauh dalam pembangunan dan semakin terlilit kemiskinan. Para pejabat hidup berfoya-foya hasil korupsi, sementara rakyat menderita kemiskinan, kelaparan, dan penyakit.
Tentu saja, kejahatan korupsi bukan hanya merebak di Afrika, tetapi juga mudah ditemukan di kawasan lain, termasuk di Indonesia. Pernah disinyalir, paling tidak 30 persen dana pembangunan Indonesia habis dikorupsi. Praktik korupsi tetap merebak luas di Indonesia, tidak peduli kesenjangan sosial melebar, dan angka kemiskinan cenderung meningkat.
Lebih membahayakan lagi, kesadaran tentang korupsi sebagai sumber bencana kemiskinan dan penghambat pembangunan bagi sebuah bangsa masih sangat terbatas. Dalam kasus Afrika, gugatan internal birokrat tentang bahaya korupsi masih sangat terbatas dan terdengar sayup-sayup.
Di tengah melemahnya sikap kepedulian, gugatan Presiden Senegal Abdoulaye Wade terhadap bahaya korupsi di kalangan pejabat pemerintah di Afrika menjadi sangat penting, lebih-lebih menjelang pertemuan puncak 54 negara anggota Uni Afrika awal bulan Juli mendatang di Ghana.
Wade mengungkapkan, para pejabat Afrika cenderung berfoya-foya dengan dana bernilai miliaran dollar AS setiap tahun, tetapi sama sekali tidak ada pencapaian dalam pembangunan di benua paling miskin itu.
Secara lebih khusus Wade menyatakan kecewa atas kinerja lembaga Kemitraan Baru bagi Pembangunan Afrika (NEPAD), yang gagal mendorong pembentukan pemerintahan bersih dan demokratis di Afrika.
NEPAD semula dibentuk untuk mengikat komitmen para pemimpin Afrika dalam mendorong demokrasi dan pemerintahan bersih sebagai imbangan terhadap prakarsa Barat meningkatkan investasi, perdagangan, dan pemotongan utang di Benua Hitam.
Namun, setelah enam tahun berlalu, semuanya tidak menjadi kenyataan. Lebih memilukan lagi, jutaan dollar dihabiskan untuk membiayai perjalanan dan hotel para pejabat, sementara tidak ada ruang kelas atau rumah sakit didirikan.
Kini menjadi pertanyaan dan kerisauan tentang pengelolaan 60 miliar dollar AS yang dijanjikan negaranegara industri maju Grup 8 dalam pertemuan dua pekan lalu di Jerman. Jangan-jangan uang sebanyak itu tidak digunakan semestinya karena kuatnya godaan korupsi.
No comments:
Post a Comment