Tuesday, June 19, 2007

Pengadilan Kasus Mongolia Dibuka

Shah Alam, Senin - Setelah lama dinanti, proses pengadilan terhadap kasus pembunuhan model asal Mongolia dimulai, Senin (18/6). Melalui pengadilan ini nantinya akan terbukti apakah pengamat persoalan politik Abdul Razak Baginda telah membunuh kekasihnya yang berasal dari Mongolia atau tidak.

Di dalam pengadilan ini tim penuntut bertekad untuk membuktikan apakah Abdul Razak benar-benar berkomplot dengan dua polisi untuk meledakkan mayat korban dengan bahan-bahan peledak.

Kisah selingkuh yang berakhir dengan terbunuhnya model Mongolia dan melibatkan Abdul Razak—sahabat Wakil Perdana Menteri Najib Razak—itu menjadi pembicaraan di berbagai penjuru negeri.

Di hadapan sidang, Jaksa Penuntut Tun Abdul Majid Tun Hamzah mengaku memiliki bukti yang menunjukkan bahwa kedua polisi itu benar-benar telah membunuh Altantuya Shaariibuu (28). Tubuh Shaariibuu ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan. Bagian kepala ditembak dua kali dan tubuhnya kemudian diledakkan dengan menggunakan bahan peledak di sebuah hutan yang ada di pinggiran kota, Oktober lalu.

Ketiga terdakwa—Abdul Razak dan dua petugas polisi yakni Inspektur Kepala Azilah Hadri dan Constable Sirul Azhar Umar—sudah mengaku tidak bersalah. Jika ketiga tertuduh itu terbukti salah, hukuman gantung menanti mereka.

Hamzah bertekad membuktikan bahwa Abdul Razak adalah orang yang membuat rencana dan memerintahkan kedua polisi itu untuk membunuh Shaariibuu dengan alasan Shaariibuu sering mengganggu Abdul Razak untuk meminta uang.

Bukti-bukti kuat

Hamzah mengaku mempunyai bukti-bukti kuat, seperti rekaman pembicaraan telepon dan kamera keamanan (CCTV), yang akan diajukan ke pengadilan. Tak hanya itu, Hamzah juga mengaku mempunyai bukti Shaariibuu pernah mengancam membunuh anak perempuan Abdul Razak.

Dari lokasi pembunuhan di hutan yang dekat dengan Shah Alam, Selangor, polisi juga menemukan barang-barang pribadi milik Shaariibuu seperti sandal.

Abdul Razak berselingkuh dengan Shaariibuu selama delapan bulan sejak akhir tahun 2004. Kisah kasih itu mulai terendus setelah Shaariibuu meninggalkan beberapa catatan untuk Abdul Razak.

Pengadilan Shah Alam dipadati pengunjung yang telah antre sejak pukul 5.30 karena harus melewati pengamanan yang ketat. Pengadilan ini sebenarnya kontroversial karena hakim, tim penuntut, dan pengacara pembela diganti hanya beberapa saat sebelum pengadilan mulai.

"Muncul kekhawatiran pengadilan ini tidak transparan," kata tokoh oposisi sekaligus mantan Wakil PM Anwar Ibrahim. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

No comments: