Saturday, June 30, 2007

TAJUK RENCANA
Peringatan Komisi Uni Eropa

Komisi Uni Eropa akan mengeluarkan larangan terbang di wilayah 27 negara anggota Uni Eropa. Salah satunya yang terkena larangan adalah Indonesia.

Kepada para warga di 27 negara Uni Eropa juga akan diingatkan perihal risiko jika mereka menggunakan penerbangan maskapai Indonesia. Pemerintah Indonesia di antaranya lewat Dirjen Perhubungan Udara berusaha keras menjelaskan langkah-langkah perbaikan keamanan penerbangan oleh maskapai Indonesia. Penjelasan dilakukan sebagai usaha mencegah rencana larangan Uni Eropa dilaksanakan serta menjelaskan proporsi persoalan.

Kita hargai upaya Departemen Perhubungan mencegah rencana larangan Komisi Uni Eropa itu. Lagi pula memang benar perbaikan sedang dilakukan oleh departemen tersebut. Tidak kalah penting terutama bagi pemerintah dan maskapai penerbangan Indonesia adalah makna pernyataan Komisi Uni Eropa. Jika kita dikritik, reaksi yang cerdas dan bijak adalah menerima kritik, menilai proporsi kritik, dan menanggapinya secara positif. Kita wajar menangkis kritik dan menjelaskan duduknya perkara.

Tidak kalah penting adalah menerima kritik dengan sikap positif. Artinya, kita tidak larut oleh pembenaran diri, tetapi kita mengambil pelajarannya dan meletakkan tanggung jawab juga lebih pada kita sendiri. Sikap itu pula yang misalnya harus kita ambil terhadap beragam kasus penganiayaan dan perlakuan tidak adil dan tidak manusiawi terhadap para TKI. Minta pertanggungjawaban pemerintah negara-negara tempat TKI bekerja. Namun, tidak kurang penting adalah juga pertanggungjawaban lembaga-lembaga pengirim TKI dan pemerintah kita.

Menyangkut larangan penerbangan oleh Komisi Uni Eropa, tentu saja kita pertama dan terutama ingat akan "kebetulan" terjadinya musibah angkutan berturut-turut di darat, di laut, dan di udara beberapa bulan lalu. Kecelakaan dan musibah itu dramatis lagi tragis. Masuk akal, dampak dan reaksinya tersebar secara "global, serentak, dan interaktif". Reaksi Komisi Uni Eropa kiranya juga dibangkitkan oleh kecelakaan dan musibah berturut-turut yang dramatis dan tragis itu.

Dalam kaitan itu kita pun melakukan refleksi dan kritik diri secara jujur. Kesimpulan kita, di antaranya, benar kita lemah dalam sikap memelihara dan merawat, cek dan recek biar sudah berlaku peraturan wajib, tidak kita lakukan secara konsisten, serius, dan bertanggung jawab. Membeli kita bisa dan rajin kalau ada dana, tetapi memelihara dan merawat kita lemah. Di antara berbagai sikap dan nilai serta praktik budaya yang lemah, lemahnya sikap memelihara dan merawat termasuk kuat. Reformasi karena itu harus juga mencakup sikap dan orientasi nilai berikut praktiknya.

Kita hargai prakarsa lingkungan Departemen Perhubungan untuk mengoreksi diri dan melakukan perbaikan-perbaikan. Mudah-mudahan tidak demenyar (lekas lupa), tetapi konsisten. Peringatan yang disampaikan Uni Eropa harus memecut kita lebih cepat melakukan perbaikan sekaligus mengangkat kembali citra kita.

***

Citra Nasional dalam Pergaulan Dunia

Rabu (27/6), lembaga Pew Research Center mengumumkan hasil jajak pendapat di 47 negara di berbagai belahan dunia yang melibatkan 45.000 orang.

Salah satu hasilnya menyebutkan bahwa ketidakpercayaan terhadap AS meningkat walaupun secara keseluruhan pandangan terhadap satu-satunya adidaya dunia ini masih baik di sebagian besar—25 dari 47— negara yang disurvei.

Direktur Pew Global Attitudes Project Andrew Kohut menyatakan, anti-Amerikanisme makin mendalam sejak tahun 2002, tetapi tidak meluas. Hal itu menjadi makin buruk di antara sekutu Eropa dan sangat sangat buruk di dunia Muslim. Pandangan baik mengenai Amerika ada di banyak negara Afrika, juga di wilayah "Eropa Baru", seperti Ceko atau Romania dan Timur Jauh.

Meskipun demikian, ada satu hal menonjol yang tidak disukai dari AS di sebagian besar negara yang disurvei, yakni kebijakan luar negeri dan gaya demokrasinya. Responden di seluruh dunia tidak saja menghendaki agar AS segera menarik tentaranya dari Irak "secepat mungkin", tetapi juga segera mengakhiri intervensi militer AS dan NATO di Afganistan.

Namun, survei ini juga menemukan hal lain di luar AS. Misalnya saja kerisauan terhadap membesarnya perekonomian dan militer China, sementara kepercayaan terhadap kepemimpinan Presiden Vladimir Putin dari Rusia pun merosot tajam.

Sebelum ini, kita juga sering mendengar orang berbicara mengenai stereotip satu bangsa, apakah ia bangsa yang rajin, hangat terhadap orang asing, unggul dalam iptek, efisien, dan sebagainya.

Sayang, untuk Indonesia, citra yang ada sekarang ini lebih banyak negatifnya. Jika dulu kita sering dicitrakan sebagai bangsa yang murah senyum, toleran, kini citra yang ada lebih banyak sebagai bangsa korup, senang gontok-gontokan, dan tidak toleran. Kita sedih dan prihatin dengan penilaian yang lalu menghasilkan citra seperti itu. Citra tersebut muncul bukan karena sikap politik kita, tetapi sangat merugikan.

Kemarin kita membaca berita bahwa Uni Eropa bermaksud melarang maskapai penerbangan Indonesia beroperasi di wilayah Uni Eropa karena tidak aman. Kita berpandangan di dalamnya ada elemen penilaian yang kurang fair. Namun, langkah Uni Eropa ini juga tak bisa dipisahkan dari rentetan musibah yang belum lama ini menimpa industri angkutan udara kita.

Kita tidak ingin citra buruk terus menempel di diri kita. Akan tetapi, jelas, untuk mengakhirinya dibutuhkan kerja keras, membuktikan kepada bangsa lain bahwa kita mampu dan becus mengelola urusan kita, apakah itu industri penerbangan ataupun pengelolaan hutan.

No comments: