Profil Tokoh
Kaum Perempuan dari Pakistan
Hina Jilani dilahirkan tahun 1953 di Lahore, Pakistan. Di negaranya, dia dikenal sebagai pengacara sekaligus aktivis hak asasi manusia, khususnya dalam hal perlindungan terhadap hak perempuan. Sebagian perempuan Pakistan juga melihat Hina dan saudaranya, Asma Jahangir, sebagai simbol kebebasan.
Semua itu terjadi karena aktivitas serta komitmen Hina dan Asma terhadap penegakan HAM. Misalnya, tahun 1980 mereka mendirikan kantor pengacara wanita pertama di Pakistan. Mereka juga menjadi pendiri Komisi HAM Pakistan.
Berbagai aktivitas itu juga membuat dua bersaudara ini kemudian diangkat sebagai pelapor khusus Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB). Asma diangkat sebagai pelapor khusus PBB tentang pembunuhan di luar hukum pada 1998. Dua tahun kemudian, dengan Resolusi Nomor 2000/61, Hina menjadi Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Pembela HAM. Tahun 2006, Hina juga menjadi anggota Komisi Pencari Fakta PBB untuk Darfur, Sudan.
Menangani kasus
Sebagai Wakil Khusus Sekjen PBB untuk Pembela HAM, Hina beberapa kali menangani kasus yang dialami pembela HAM di Indonesia. Misalnya, Juni 2005, ia pernah mengirim surat ke pemerintah untuk menanyakan ancaman pembunuhan yang diterima Ketua Komisi Nasional (Komnas) HAM Abdul Hakim Garuda Nusantara, Usman Hamid dari Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras), serta Mugiyanto (Ketua Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia). November 2005, ia juga mengirimkan surat serupa untuk mempertanyakan pengungkapan kasus pembunuhan aktivis HAM Munir.
Menurut Hina, risiko yang harus dihadapi pembela HAM berhubungan erat dengan kondisi suatu negara. Kian tertutup atau tidak demokratis suatu negara, semakin besar risiko yang dihadapi pembela HAM.
Jika demikian, apakah pembunuhan terhadap Munir dan pengungkapannya yang tersendat menunjukkan Indonesia belum menjadi negara yang terbuka? Dengan diiringi senyum Hina menjawab, "Saya tidak berhak menilai penyidikan dan pengadilan kasus itu." Jawaban yang menunjukkan kecerdasan dan kerendahan hatinya. (NWO)
No comments:
Post a Comment