Sunday, June 17, 2007

Palestina Terbelenggu Konflik Internal

Tajuk Kompas 15 Juni 2007


Konflik internal telah menguras tenaga, membelenggu dan memperlemah kekuatan bangsa Palestina dalam perjuangan menghadapi pendudukan Israel.

Telah muncul kerisauan tentang kemungkinan pecahnya perang saudara akibat meningkatnya pertikaian senjata antara milisi Hamas dan Fatah di Jalur Gaza. Segera terasa, pertikaian itu tidak hanya memecah belah bangsa Palestina, tetapi juga memperlemah kekompakan dan kekuatan dalam menghadapi pendudukan Israel.

Kesatuan bangsa Palestina memang dalam cobaan berat. Gerilyawan Hamas terus berupaya mengunci ruang gerak gerilyawan Fatah. Milisi Fatah memberikan perlawanan keras. Kedua pihak mengerahkan seluruh kekuatan, tidak hanya berebut menduduki tempat-tempat strategis, tetapi juga gedung-gedung tinggi.

Paling tidak 50 orang tewas dalam pertempuran pekan ini dan lebih banyak cedera. Mulai muncul kerisauan tentang kemungkinan konflik di Jalur Gaza akan segera merambat ke kawasan Tepi Barat. Jika sampai menyeberang ke Tepi Barat, konflik dapat menjadi bola liar yang sulit dikendalikan.

Dampak konflik Hamas-Fatah luar biasa. Bukan hanya membuat bangsa Palestina terpecah-pecah, tetapi juga memperlemah perjuangan menghadapi Israel. Kaum elite Palestina tentu saja dicemooh karena gagal menggalang persatuan dan kesatuan internal sebagai konsolidasi untuk menghadapi tekanan Israel.

Sudah dilakukan berbagai upaya mendamaikan Hamas dan Fatah. Kompromi politik sempat tercapai bulan Maret lalu, yang melahirkan pemerintahan koalisi nasional. Pemerintahan koalisi dianggap sebagai terobosan mengakhiri konflik antara Hamas dan Fatah.

Idealnya, Hamas sebagai pemenang pemilihan parlemen demokratis Januari 2006 memiliki mandat penuh berkuasa periode lima tahun. Namun, dalam kenyataannya, pemerintahan Hamas tidak efektif karena mendapat tantangan eksternal maupun internal. Tantangan eksternal berupa sanksi keuangan Barat sebagai protes atas kebijakan Hamas yang tidak mengakui eksistensi Israel dan tidak meninggalkan perjuangan bersenjata.

Persoalan bertambah rumit karena Hamas juga mendapat tantangan dari Fatah, yang memang mempunyai orientasi perjuangan berbeda. Fatah menekankan proses perundingan damai dan mengakui eksistensi Israel, sebaliknya Hamas menekankan perjuangan bersenjata dan tidak mengakui eksistensi Israel.

Selama perbedaan orientasi perjuangan ini tidak dibereskan, sulit dibayangkan akan tercapai kekompakan menggalang kekuatan menghadapi Israel dalam perjuangan mendirikan negara Palestina merdeka.

No comments: