Pertempuran Sengit di Lebanon
Tentara Perangi Kelompok Terkait Al Qaeda yang Juga Didukung Suriah
Nahr Al-Bared, Sabtu - Kepingan-kepingan peluru berukuran besar menghujani kamp pengungsi Palestina di Nahr al-Bared, di kota Tripoli, Lebanon utara, Sabtu (2/6). Di sana, pasukan Fatah al-Islam telah terkepung selama 14 hari sejak 20 Mei dan terus mendapatkan serangan gencar dari tentara Lebanon.
Namun, kelompok yang menganut Sunni garis itu mengatakan tak mau menyerah. Serangan gencar hari Sabtu merupakan lanjutan dari gempuran hebat pada hari Jumat. Dentuman tembakan senjata kaliber 155 milimeter dari pihak tentara Lebanon terus menggelegar.
Peluru-peluru itu kemudian bersarang di tembok bangunan, di mana kelompok yang disebut sebagai ekstremis itu sedang bersembunyi. Pertempuran di kamp terjadi karena kelompok tersebut, menurut versi militer, mendiami masjid-masjid, pos-pos bantuan kemanusiaan dan berbaur dengan pengungsi di kamp.
Berdasarkan perjanjian internal di Lebanon, tentara Lebanon dilarang memasuki 12 kamp pengungsi Palestina, yang dihuni 400.000 orang. Warga Palestina menghuni Lebanon setelah terusir dari tanah mereka, tak lama Israel terbentuk pada 1948.
Tentara Lebanon sedang memburu kelompok yang dikaitkan dengan Al Qaeda. Perdana Menteri Fuad Siniaora mengatakan kelompok tersebut ingin mengacau Pemerintahan Lebanon. Siniora menyatakan akan menumpas tuntas teroris itu.
Sejak pertempuran meletus pada 20 Mei, Nahr al-Bared telah menjadi kota hantu. Sekitar dua pertiga dari 31.000 penghuni telah mengungsi. Namun, minimal sekitar 5.000 orang masih terjebak di Nahr al-Bared.
Abu Imad Halwani, Komandan Wilayah Lebanon dari Fatah, kelompok yang dipimpin Presiden Palestina Mahmud Abbas, mengatakan warga yang terjebak di kamp kekurangan makanan dan minuman.
Halwani menambahkan bahwa orang-orangnya membangun tembok pasir di tengah kamp pengungsi, untuk mencegah pejuang Fatah al-Islam berbaur dengan pengungsi.
Pihak Palestina juga memantau pertempuran itu, namun tidak berpihak, baik ke tentara Lebanon maupun ke Fatah al-Islam.
Meski melancarkan serangan dahsyat dan memiliki perlengkapan senjata yang tidak sebanding dengan musuhnya, Fatah Al Islam tetap bisa membalas sesekali dengan senjata otomatis. Pasukan tentara Lebanon diperlengkapi tank-tank, jip, dan helikopter tempur. Pihak militer Lebanon mengatakan musuh terkepung dan pemimpinnya cedera.
Tak ada istilah menyerah
Kelompok itu menyatakan tidak mau mundur. "Tak ada istilah menyerah karena hal itu bukan tipe kami," kata Abu Salim Taha, jubir Fatah al-Islam.
Tentara Lebanon terus menghujani kamp tersebut dengan bom mortir dan peluru kaliber besar. Akibatnya sebagian besar bangunan di kamp tersebut telah rata dengan tanah. "Keadaan di kamp sangat menyedihkan ... tembakan peluru mengarah ke semua sudut-sudut jalan di kamp. Hampir 60 persen dari bangunan telah hancur," kata Abu Darwish, seorang penghuni kamp.
Pertempuran dengan Fatah al-Islam itu adalah perang internal terburuk sejak perang sipil 1975-1990 di Lebanon. Tentara Lebanon mengatakan, pertempuran terjadi sejak Fatah al-Islam memprovokasi dengan menyerang posisi militer di sekitar kamp yang ada di Tripoli, kota kedua terbesar setelah Beirut.
Pada 20 Mei lalu, polisi hendak memburu perampok. Namun polisi mendapatkan perlawanan dari sebuah jaringan yang kemudian diketahui sebagai Fatah al-Islam. Bahkan kelompok ini menyerang pos tentara di Tripoli.
Pada pertempuran Sabtu, satu tentara tewas. Total korban tewas dalam peperangan dua pekan itu itu mencapai 106 orang, di antara 41 tentara, sekitar 60 militan dan sisanya sipil.
Tentara Lebanon menghadapi pejuang asing beretnis Arab.
Kabinet pemerintahan Lebanon yang anti-Suriah mengatakan Fatah al-Islam adalah alat Suriah. Namun Damascus membantah dengan mengatakan pemimpinnya, Shaker al-Absi, masuk daftar buruan Suriah.
Shaker al-Absi telah mengatakan bahwa dia mengikuti ideologi Al Qaeda, namun ia juga mengatakan tak memiliki kaitan dengan jaringan Osama bin Laden. Jaringan Shaker al-Absi juga memiliki 300 pejuang di Irak.
Abu Hureira, Wakil Ketua Fatah Islam, membantah pihaknya mengalami kekalahan. Ia juga membantah pernyataan militer bahwa dia dan Absi cedera. (REUTERS/AFP/AP/MON)
No comments:
Post a Comment