Monday, June 25, 2007

Intelijen Palestina Tuding Iran
Hamas: Tuduhan Itu Bohong Belaka

Ramallah, Minggu - Intelijen Palestina menuduh Iran membantu Hamas untuk menguasai Jalur Gaza pertengahan Juni ini. Pemerintah Iran heran dengan tuduhan itu dan mengatakan, negara-negara Arab pura-pura tidak tahu bahwa AS, Israel, dan negara-negara Barat ada di belakang konflik Palestina.

Tudingan itu disampaikan langsung Kepala Intelijen Palestina Tawfiq al-Tirawi, Minggu (24/6), dalam sebuah konferensi Pers.

"Menurut informasi yang kami miliki, Iran memainkan peran besar dalam peristiwa di Gaza. Puluhan anggota Hamas telah dilatih di Iran, dan Hamas menyelundupkan senjata melalui lorong-lorong dengan tujuan melawan Otoritas Palestina, bukan untuk memerangi Israel," ujarnya.

Dia menambahkan, semua rencana Hamas itu dikoordinasikan dengan Iran. Iran juga diberi tahu setiap langkah yang diambil Hamas.

Tirawi adalah pejabat Palestina pertama yang secara eksplisit menuding Iran terlibat pertempuran di Gaza. Sebelumnya, Presiden Palestina Mahmoud Abbas hanya mengatakan bahwa ada elemen asing dari kawasan Timur Tengah yang berperan dalam pertempuran berdarah di Gaza.

Pemerintah Mesir sebelumnya telah lebih dahulu menuding Iran. Menteri Luar Negeri Mesir Ahmed Abul Gheit pekan lalu menuduh Iran telah mendorong Hamas untuk merebut Gaza.

Dibantah

Tudingan Tirawi langsung dibantah Hamas. Juru bicara Hamas, Sami Abu Zuhri, mengatakan, tuduhan Tiwari adalah bohong. Dia menambahkan bahwa pihaknya memang memiliki hubungan baik dengan Iran dan negara Muslim lainnya.

"Sudah diketahui bahwa Hamas memiliki hubungan yang seimbang dengan seluruh Arab dan negara-negara Islam," katanya.

"Hamas bangga dapat menikmati hubungan strategik yang dalam di Arab dan dunia Islam pada saat kolega-kolega Tirawi mempererat hubungan dengan penjajah Israel dan AS," ujar Abu Zuhri.

Bantahan keras juga disampaikan Pemerintah Iran. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Ali Hosseini mengatakan, Iran selama ini hanya mendukung Hamas secara politik dan spiritual. Bantuan kemanusiaan yang Iran berikan kepada Palestina pun selalu memanfaatkan jalur-jalur yang menguntungkan semua rakyat Palestina.

Iran menegaskan bahwa pihaknya akan terus mendukung kelompok pejuang Palestina secara moral. Iran tidak akan memperluas dukungan dengan mempersenjatai atau melatih para pejuang Palestina.

Hosseini mengatakan, negara- negara Barat, AS, dan Israel yang selama ini berperan dalam konflik Palestina. "(Karena itu) mengejutkan melihat beberapa negara Arab mengingkari (keterlibatan) negara-negara Barat, AS, dan Israel (dalam konflik Palestina)... dan menuding kami sebagai pihak yang paling bertanggung jawab," ujarnya.

Bantuan AS dan Israel

AS dan Israel secara terbuka mendukung dan memberikan bantuan kepada pesaing Hamas, yakni Fatah, yang dipimpin Abbas. Surat kabar Washington Post Mei lalu melaporkan, AS mengoordinasi pelatihan bagi 500 tentara baru Fatah. Surat kabar itu juga mencatat, pemerintahan Presiden George W Bush telah menyetujui anggaran dana 40 juta dollar AS untuk melatih pasukan pengawal Abbas yang berjumlah 4.000 orang.

Dari Jerusalem dilaporkan, Israel, Minggu, setuju untuk mentransfer dana kepada pemerintahan darurat bentukan Abbas yang berbasis di Tepi Barat. Langkah ini diambil untuk semakin mengucilkan Hamas yang menguasai Gaza.

Seorang pejabat Israel mengatakan, uang yang telah disetujui kabinet Israel untuk ditransfer ke Abbas jumlahnya sekitar 350 juta dollar AS dari 700 juta dollar AS. Pengadilan Israel mengatakan, sebagian dana itu mereka bekukan untuk menutup utang bangsa Palestina.

Uang dari Israel itu sebenarnya adalah dana pengembalian pajak yang dipungut Israel dari warga Palestina. Pencairan dana pengembalian pajak itu dihentikan setelah Hamas memenangi pemilu dan berkuasa di Palestina.

Penasihat senior Abbas, Saed Erekat, meminta Israel mencairkan semua dana tersebut. "Itu uang milik Palestina, bukan milik Israel," katanya.(AP/AFP/REUTERS/BSW)

No comments: